𝗧𝗲𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴 𝗖𝗮𝗿𝗮 𝗕𝗲𝗹𝗮𝗷𝗮𝗿 𝗬𝗮𝗻𝗴 𝗠𝗮𝗷𝘂

Tidak ada komentar


Seorang Kader Rakyat juga harus memiliki dan mempraktekkan cara belajar yang maju sehingga dapat terus memajukan perjuangan dengan mengenal keadaan lebih baik sehingga mampu merumuskan strategi yang tepat, mampu menilai pencapaian, mengerti akan kelemahan dan kesalahan yang terjadi serta sanggup melakukan perbaikan-perbaikan.

1.Penyelidikan Sosial
Setiap orang yang terlibat dalam praktek perjuangan harus melakukan penyelidikan sosial sampai ke tingkat yang paling bawah, terutama bagi mereka yang hanya mengenal teori dan belum mengetahui kondidi konkret. Karena kalau tidak demikian, ia akan gagal untuk menghubungkan teori dengan praktek. Prinsip yang penting untuk diperhatikan : “Tidak ada hak bicara tanpa melakukan penyelidikan sosial”. Kita harus mendasarkan setiap kebijakan dan strategi perjuangan pada kondisi konkret yang ada, karena kalau tidak demikian, kita akan menemui kegagalan. Satu-satunya cara untuk mengetahui keadaan atau situasi yang konkret adalah dengan melakukan penyelidikan sosial. Tanpa melakukan penyelidikan sosial, maka kita akan menjadi bersikap subyektif.

Penyelidikan sosial memiliki salinghubungan yang erat dengan pemecahan masalah, karena pada dasarnya kita melakukan penyelidikan untuk memecahkan masalah. Penyelidikan sosial dapat kita andaikan seperti 9 bulan masa kehamilan, dan hari kelahiran adalah pemecahan masalah. Tanpa melalui penyelidikan sosial, kita tidak akan dapat memcahkan masalah. Penyelidikan sosial juga merupakan cara kita untuk mempererat hubungan dan pertalian kita dengan massa. Karena dalam melakukan penyelidikan sosial mengharuskan kita untuk bertemu dan berada di tengah-tengah masa sehingga dapat mengetahui kondisi yang sebenar-benarnya. Tanpa berhubungan langsung dengan masssa, maka kita tidak akan dapat melakukan penyelidikan sosial. Tidak benar adanya pendapat orang yang mengklaim bahwa hanya dengan duduk di belakang meja dan membaca buku, tanpa kemudian melangkahkan kaki keluar pintu dan pergi ke tengah massa, maka kita dapat mengerti keadaan di tengah massa.

2. Merangkum Pengalaman Praktek 

Kita juga harus sanggup untuk merangkum seluruh pengalaman praktek perjuangan, agar kemudian dapat melakukan penilaian terhadap kemajuan dan kelemahan-kelemahan. Praktek menduduki posisi yang paling penting, tetapi bukan bererti bahwa kita bekerja tanpa teori, tanpa perencanaan dan tanpa usaha untuk selalu menarik pelajaran-pelajaran penting. Kalau demikian halnya, maka kemudian praktek kita menjadi seperti praktek yang tidak bertujuan, seperti panah tanpa sasaran. Oleh karenanya, sebelum kita melakukan penilaian, kita perlu untuk merangkum terlebih dulu seluruh pengalaman praktek sehingga tersedia data yang memadai. Untuk merangkum pengalaman praktek maka dapat didasarkan pada beberapa hal di bawah ini :
a. Tujuan awal
Pertama-tama kita harus mengingat kembali tujuan awal yang telah kita tetapkan. Karena ketika kita akan memulai sesuatu, kita pasti membuat perencanaan dan dalam perencanaan tersebut kita pasti menetapkan tujuan-tujuan dari sebuah program atau tindakan. Mengetahui tujuan awal menjadi penting sebagai dasar untuk melihat sejauh mana praktek yang dilakukan. Demikian juga dapat menjadi kerangka yang memfokuskan penyimpula kita nantinya.

b. Praktek yang dilakukan
Kemudian kita harus mencatat setiap pengalaman praktek kita dengan selengkap-lengkapnya, sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penyimpulan dan penilaian pengalaman praktek. Untuk memudahkan, kita dapat merangkum praktek yang dilakukan berdasarkan kategori kerja politik dan kerja organisasi. Lebih baik lagi kalu kemudian kita juga mampu untuk menyodorkan data-data yang bersifat kuantitatif maupun kulitatif dari keseluruhan praktek kita.

c.Faktor yang mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi maksudnya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi praktek yang dilakukan, dapat berupa faktor subyektif maupun faktor obyektif. Faktor subyektif berkaitan dengan keadaan internal dari kita sebagai pelaksana program menyangkut soal kapasitas, kemampuan, keadaan dan kesanggupan. Misalnya kontradiksi personal atau kontradiksi internal organisasi yang akan mempengaruhi pelaksanaan program. Sedangkan faktor obyektif berkaitan dengan keadaan sosial yang ada di tengah massa. Misalnya situasi pemilihan umum akan mempengaruhi sensitivitas politik massa terutama yang memiliki kesadaran terbelakang, dan pada gilirannya akan mempengaruhi kerja-kerja politik kita di tengah massa.

3. Menilai pengalaman praktek
Menilai pengalaman praktek dimaksudkan untuk menilai sejauh mana kemajuan yang telah dibuat dan juga mencatat kelemahan-kelemahan dan keterbatasan dalam praktek perjuangan. Sehingga dengan demikian kita dapat berpikir tidak satu sisiisme saja dengan hanya melihat kemajuan sehingga bersikap arogan atau sebaliknya hanya melihat kelemahan dan keterbatasan sehingga menjadi pesimis. Kedua-duanya adalah bentuk pandangan yang tidak obyektif dan cenderung subyektif. Penilaian atas praktek dapat dijalankan dengan melakukan dua hal yaitu :
a. Melakukan observasi atau pengamatan
Observasi yang dilakukan dapat dilakukan baik pada lapangan politik dan organisasi. Misalnya di lapangan politik bagaimana tingkat perkembangan dari pekerjaan propaganda dan perjuangan massa, pendidikan politik, investigasi soial dan juga penggalangan front. Di lapangan organisasi, kita dapat mengamati apakah kemudian praktek dari prinsip organisasi yang benar telah berjalan seperti kepemimpinan kolektif, sistem komite atu juga sejauh mana pengembangan organisasi sehingga jumlah anggota ormas semakin besar.

b. Menyimpulkan inti sari
Dari observasi yang dilakukan, maka kita dapat menyimpulkan inti sari secara politik dan organisasi yang dapat secara ringkas dan jelas menunjukkan tingkat kemajuan dan juga kelemahan serta persoalan-persoalan yang muncuk dalam praktek. Kesimpulan intisari inilah yang akan menjadi dasar bagi kita untuk melakukan perencanaan program selanjutnya.

Sekian 

Salam Merah 

Tidak ada komentar

Posting Komentar