Mengapa MAI Lahir?

Tidak ada komentar

Latar belakang 

Sejak Januari Agreement 1974 dibuat secara sepihak oleh Perusahan Freeport Indonesia dan Pemerintah Indonesia. Banyak kekecewaan yang datang dari Masyarakat Amungme yang berada di wilayah pengoperasian Freeport. Mereka menilai bahwa Januari Agreement 1974 merupakan perjanjian yang dibuat atas dasar keinginan Freeport dan Pemerintah Indonesia, tidak tercermin sedikitpun keingginan dari masyarakat yang saat ini telah menjadi korban.  Sejarah perjalanan masyarakat Amungme dan kamoro bertolak dari situ. Ketidakadilan, penderitaan manusia, pencemaran dan perusakan lingkungan hidup terus mewarnai kehidupan sosial masyarakat Amungme dan Kamoro. Kesenjangan antara harapan dan realita begitu  terbuang jauh membuahi banyak protes dan konflik terbuka diantara pemilik tanah dan pemilik saham, hingga sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk dipublikasikan pada jurnal harian kampus dan berbagi pada masyarakat ilmiah tentang bagaiamana seharusnya sebuah perusahan (profit) dan Negara (militer)  melihat masyarakat Adat (indegneouse People) dan memperlakukannya sebagai mana hakikat Indegneouse people yang tertuang dalam United Nation Economic and Sosial Council Commission On Human Right (1982) Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti melihat  dari sudut pandang para korban Freeport (MAI) dan tidak semua warga Amungme yang menjadi korban Freeport hanya beberapa dari mereka yang tergabung dalam masyarakat adat Idependent (MAI) yang dapat diwawancarai. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Papua, Kabupaten Mimika, Pendekatan yang dilakukan dengan metode kualitatif. Penelitian dilakukan mencakup bulan Juni sampai Agustus 2017 pada Gerakan masyarakat indepedent di posko korban Kwamki Baru, lorong Amole. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, Wawancara mendalam  (korban) dan study kasus yang kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan, pada umumnya Freeport Indonesia telah melemparkan semua kasus ini kepada lembaga (LPMAK), elit individu (Dana Warshing), pemerintah (Bupati) yang membuat seolah – olah Freeport telah  bertanggungjawab terhadap korban masyarakat Amungme dan Kamoro 50 tahun  silam. Namun pada kenyataan, Dampak hadirnya Freeport tidak membuat kesejahteraan pada basis masyarakat yang paling terkecil yaitu Masyarakat Asli, Amungme Kamoro. Jauh dari pada itu, dinamika Struktur sosial masyarakat Amungme dan Kamoro makin termarginalisasikan dan tergesar kedalam perkembangan dunia yang mematikan. Penelitian ini memberikan sejumlah saran, dan tentunya saran ini berassal dari masyarakat Amungme dan Kamoro. Saran pertama iyalah, benahi dan Audit kinerja setiap lembaga yang langsung menerima dana Freeport dan Freeport sendiri harus transparan kepada semua masyarakat Amungme Kamoro lewat lembaga yang telah di Audit. Kedua, perhatikan Warga Asli Amungme dan Kamoro, tidak ada istilah Amungme pantai dan Gunung atau Kamoro diatas dan dibawa. Dan terakhir kalau memang menimbulkan benang kusut, apa bole buat Freeport harus tutup dan kembalikan seluruh Hak wilayat masyarakat.

Mengapa MAI lahir? 

MAI sendiri lahir dari proses sejarah yang begitu kelam bersamaan dengan dinamika perlawanan yang terus meningkat. Semenjak 1967 kontrak karya diperlakukan bersamaan dengan penanaman modal asing dilegalkan pergerakan melawan PT. Freeport gencar di lakukan. Protes di lembah Waa sampai pada protes di lembah Tsingga membuat hati orang Amungme semakin tergores dengan sikap Freeport yang tidak sopan tanpa pemberitahuan dalam mengeksplorasi tanah mereka. 

Jika membedah buku yang ditulis oleh Benny Giay dan Yaffet Kambai tentang Mama Yosepah Alomang dan pergulatan seorang perempuan dalam melawan penindasaan. Terlihat sistematis dan terstruktur  bagaiaman ulasan itu menceritakan cerita perjuangan mama – mama waktu itu, dimana figur utama iyalah Mama Yosepah Alomang.  

Apa itu MAI?

Masyarakat adat Idependen merupakan sebuah gerakan sosial (Social Movemants)  yang berasal dari  komunitas Amungme Kamoro (AMOR) dan Solidaritas Papua lain yang merasakan dampak dari kehadiran Freeport sebagian dari mereka terdiri dari  mama – mama, bapa – bapa dan beberapa anak- anak mudah yang menjadi backingan komunitas ini.  Mereka menamai mereka sebagai masyarakat adat Independen (MAI) karena hampir sebagian dari mereka adalah korban dari hadirnya PT.Freeport Indonesia selama 50 tahun di tanah mereka. MAI berdiri dan bergerak dengan segala keterbatasan. Gerakan yang berasal dari akar rumput ini merupakan sebuah bentuk kepedulian terhadap tanah (Land), manusia (Indegneouse People) dan lingkungan alamnya (Enviromental) yang dirampas dan dirusak selama 50 tahun, semenjak eksisnya Perusahan berskala Internasional itu.

MAI melihat bahwa ketidakadilan, penderitaan manusia, pencemaran dan perusakan lingkungan hidup telah menjadi fenomena yang “lumroh” atau dibiasakan mugkin juga disengajakan semenjak rezim Freeport ini beroperasi. Atas dasar itulah MAI berdiri diatas seluruh leluhur nenek moyang yang sudah menjadi tulang belulang, sudah menjadi debu tanah atau mungkin sebagian dari mereka masih membrontak di alam baka tentang penderitaan yang akan terjadi pada anak cucunya, jika anak cucunya tidak sadar dan lawan. MAI, tentu  sangat mengerti setiap perasaan masyarakat pribumi Amungme dan Sahabat  kita Kamoro  yang telah menjadi korban dari berbagai kepentingan antara Pemerintah Indonesia dan Amerika serikat. Sedikit dari mereke telah menikmati hasil Freeport namun kenikmatan itu telah mematikan mereka dan melupakan masyarakat yang sedang melarat, bingung mau kemana harapan ini disandarkan. Gerakan ini akan mati jika kesadaran akan perasaan senasib dan sepenanggung dari Masyarakat adat Amungme dan Kamoro telah terkubur oleh segilintir kaum pengusaha lokal (big man) yang selalu mengatasnamakan rakyat hanya untuk sesuap nasi.

Mengapa MAI lahir?

MAI adalah organisasi yang baru lahir sekitar tgl 07, 02  2017?. Mempunyai struktur yang jelas Ketua, sekretaris, bendahara dan Anggota.  Ketua  dijabat oleh Vincen Onijoma, sekretaris Ronny nakiaya, bendaraha oleh Servina Magal dan Anggota diikuti oleh mama – mama dan para tetua. Saat ini, MAI sudah menunjukan identitasnya kepada seluruh lapisan masyarakat yang sedang menikmati hasil kekayaan Freeport dengan melakukan demostrasi secara berkala. Gerakan perdana hadir pada tanggal 20 februari 2017 menyusul 7 maret 2017 dan  3 April 2017.

Dinamika Sosial Apa yang MAI Lihat?

Kita semua pastinya berada dibawa tekanan akan keadaan ekonomis, kebutuhan materialistik. Hidup dalam kesulitan dan berharap ada keajaiban didalam perjalanan hidup. Mungkin diantara keluarga ada anak yang sekolah, sukses dan menjadi tuan di tanah sendiri, ataupun sebaliknya satu diantara keluarga kita anak- anak tidak sekolah dengan baik dan kehidupanya hanya mabuk – mabukan. Mungkin, tetangga kita mempunyai tanah yang banyak atau seorang pengusaha dengan mobil yang lebih. Berbagai dinamika sosial dengan kelas – kelas sosial terus mewarnai kehidupan kita. Kita sebagai orang Amungme dan Kamoro terus dilupakan dan dibutakan terhadap fenomena ini. Orang Amungme sudah pecah Tidak  ada pergumulan diantara kita, transformasi budaya telah menghilangkan adat orang Amungme sebagai filsafat dan modal Amungme. Moderenitas telah menggerogoti setiap karakteristik anak muda Amungme Kamoro, sementara pendatang tertawa melihat tingkah laku kita yang selalu perang antara suku. Intelektual sekarang sangat manja, berpikir yang lamban berbicara uang nomor satu, keluarga dibunuh itu sudah biasa. 

Tidak ada satupun yang membangun gerakan terhadap penyadaran ini. Meluangkan waktu duduk bersama berdiskusi sedikitpun jarang. Semua tepuk dada berbicara seolah pemikiran egoisnya itu mampu didengar. Kita  dibutakan terhadap fenomena di lingkungan sekitar kita. Mama lupa anak, Anak lupa mama dan bapak lupa anak istri. Semua sibuk main king dan togel karena itu satu – satunya pendapatan masyarakat saat ini. Sudah tidak ada lagi tanah untuk buat kebun, tanah dijual habis dan tinggalpun kontrak di rumah pendatang dan mirisnya itu tanah sendiri. Tidak ada peraturan hukum yang memihak dan melindungi property masyarakat Amungme dan Kamoro. Roda pemerintah vakum, siapa memimpin siapa. Pembangunan tergantung mood pemimpin, kalau lagi sehat, pembangunan juga sehat -sehat.  Lembaga adat kurang percaya diri dan masih ragu dalam menyuarakan isu  rakyat

Saran MAI?

Mari menguatkan basis kita, bangun gerakan revolusioner. Kita harus bangkit, amati dan analisis setiap pembicaran orang – orang terdidik. Jangan kita sampai seperti orang tua kita dulu. MAI percaya bahwa keadaan kita tidak harus statis dan seperti begini. MAI meyakinkan bahwa kita dapat merubah situasi seperti ini menjadi lebih baik.

Tidak ada komentar

Posting Komentar