TEORI

5/cate1/TEORI

ANALISA

6/cate2/ANALISA

SASTRA DAN BUDAYA

6/cate3/SASTRA DAN BUDAYA

PERNYATAAN SIKAP

5/cate4/PERNYATAAN SIKAP

FOTO

5/cate5/FOTO

Videos

3/cate6/VIDEO

Recent post

3 Poin Isi Trikora 19 Desember 1961


Semenjak deklarasi kemerdekaan bangsa Papua Barat di rayakan pada 01 Desember 1961 di Holandia, namun kemerdekaan itu tidak bertahan lama, kemerdekaan di nikmati hanya 18 hari terhitung sejak 01 Desember 1961-18 Desember 1961, kemudian pada 19 Desember 1961, president pertama NKRI Dr.ir Sukarno Hatta mengeluarkan perintah There Komando Rakyat yang di singkat (Trikora) dimana awal mula pembantaian bagi rakyat Papua di seluruh bumi Papua di lancarkan.
19 Desember merupakan awal pemusnahan bagi rakyat bangsa Papua Barat, dimana Ir Sukarno Hatta mengeluarkan 3 perintah yang berisi.
1.bubarkan negara boneka buatan Belanda
2. Kibarkan sang merah putih di seluruh Nusantara termasuk irian Barat (west Papua)
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
Trikora di keluarkan pada 19 Desember 1961 di alun-alun Yogjakarta.
Kami menolak lupa 🌹

Poster Kampaye : Masyarakat Adat Papua Berhak Menetukan Nasib Sendiri



Semua Orang Dilahirkan Merdeka Dan Mempunyai Martabat Dan Hak-Hak Yang Sama
Semua manusia diciptakan sama, bahwa manusia dianugerahi oleh Pencipta manusia hak-hak tertentu yang tidak bisa dipungkiri, di antaranya hidup, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan.
Dengan demikian Masyarakat Adat Papua juga berhak merdeka dan mempunyai Hak Untuk Menentukan Nasibnya Sendiri sebagai Hak Dasar Masyarakat Adat Papua sama seperti manusia lain di dunia
Masyarakat adat Independen Papua
Anti Kapitalisme
Anti Kolonialisme
Anti Militerisme
Selamatkan Tanah Adat Dan Selamatkan Manusia Papua

Rest in Peace Tuan Jenderal

Jenderal Kelly Kwalik. Foto dok laolao-papua.com

Ditulis oleh Basilius Triharyanto

Obituari

Dia (Kelly) memperjuangkan kemiskinan di tengah hutan bersama dinginnya udara, bukan di hotel-hotel berbintang.”

Mgr. John Philip Sakli Pr, Uskup Keuskupan Timika

Keletusan Kelly Kulalok Kwalik, rakyat Papua memanggilnya Tuan Jenderal Kelly Kwalik, terbujur dalam peti mati setelah tubuhnya tertembus peluru dari senjata anggota pasukan gabungan TNI dan Kepolisian Indonesia. Pada Selasa siang (22/12), tujuh hari setelah tertembak, ratusan warga Papua mengantarkannya ke pemakaman terakhir di Timika Indah dengan duka mendalam.

Siapa sebenarnya Tuan Jenderal Kelly Kwalik? Mengapa ia sangat dihormati oleh rakyat Papua? Bagaimana masa depan Papua pasca kematian Tuan Jendral? Bagaimana nilai-nilai perjuangan seorang Jenderal Kelly Kwalik, memberikan inspirasi perjuangan Papua selanjutnya? Inilah sosok Tuan Jenderal dari masa perjuangan hingga akhir hidupnya.

Tuan Jendral lahir di Lembah Jila, Timika, pada 1955. Tanggal dan bulan kelahirannya tak diketahui karena tidak ada yang mencatatnya waktu itu. Berasal dari Suku Amungme, sebuah suku yang hidup di pegunungan, daerah operasi penambangan emas dan tembaga PT Freeport. Karena itulah, ia mengetahui dan menjadi saksi peristiwa demi peristiwa kekerasan dan ketidakadilan selama PT Freeport berdiri.

Sejak kecil, Tuan Jendral hidup seperti anak-anak Papua lainnya. Menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) di distrik Agimuka, melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kokonau. Di SMP itu tak selesai. Kemudian, tahun 1973 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Guru Bawah (SGB), sekarang dikenal SPG/SMU (Sekolah Pendidikan Guru/Menengah Umum) Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik Taruna Bakti Wamena Jayapura. SGB selesai tahun 1974. Awal Januari 1975, kembali ke distrik Agimuka, dan tak melanjutkan ke Sekolah Guru Atas (SGA). Di sana hidup menjadi seorang guru selama setahun.

Bulan Desember 1976, ia bergabung ke Markas Besar Victoria Waris Kabupaten Keerom, Kabinet Pemerintahan Revolusioner 1 Juli 1971 di bawah kepemimpinan Zet Rumkorem dan Jacob Pray. Sejak itu, ia hidup dan berjuang di hutan belantara selama puluhan tahun. Ia pernah berjalan kaki lebih dari lima bulan bersama pasukannya, melalui rute Wamena, Ilaga dan sampailah ke tanah Amungsa Timika, Markas Besar Victoria Waris untuk dilantik dan dikukuhkan sebagai Wakil Panglima KODAP (Komandan Daerah Perang) III (1975-1979) bersama Bonifasius Niwilinggame, Panglima KODAP III Nemangki, Timika. Pada saat yang sama, turut dilantik panglima dari tujuh KODAP lainnya. Ia kemudian menjabat Panglima KODAP III dari tahun 1980 sampai 2007 dan terakhir menjadi Panglima Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat/Organisasi Papua Merdeka (TPN-PB/OPM).

Pada 1977, militer Indonesia melakukan operasi besar di Distrik Agimuka sampai pedalaman suku Amungme. Di tahun yang sama, militer Indonesia juga melakukan operasi ke Kabupaten Jayawijaya dan daerah-daerah di Pegunungan Tengah. Sejak itu, perjuangannya semakin keras karena menyaksikan warga Papua yang banyak menjadi korban dari operasi militer dan banyak warga yang lari dan tinggal di hutan karena terancam hidupnya kemudian mati disebabkan oleh kurangnya makanan dan obat-obatan.

Dalam situasi itu, ia tak bisa diam. Ia protes dan memimpin aksi perlawanan terbuka kepada Militer Indonesia dan PT Freeport, yaitu melakukan aksi pemotongan pipa aliran tembaga yang mengalir dari Gresbert Tembagapura ke pelabuhan Port Sait. Ia pun dengan berani melayangkan surat resmi ke pimpinan militer Indonesia, yang isinya mengajukan lokasi dan waktu perang untuk menghindari korban terhadap warga sipil. Namun, surat itu ditolak dan korban pun berjatuhan.

Nama Jenderal Kelly Kwalik mencuat ke tingkat nasional dan internasional setelah menyandera Tim Ekspedisi Lorentz ‘95 di Mapenduma pada tahun 1996. Tim Ekspedisi Lorentz ‘95 adalah para peneliti dari Biological Science Club Universitas nasional Jakarta dan Emmanuel College, Cambridge University, Inggris. Mereka disandera selama sekitar enam bulan di hutan agar dunia mengakui kemerdekaan Papua Barat.

Sosok Jenderal Kelly Kwalik pun kemudian dikenal melalui kesaksian seorang peneliti yang dibebaskan, dalam sebuah buku Sandera: 130 hari terperangkap di Mapenduma (Pustaka Sinar Harapan, 1997). Kepada penulis Ray Rizal dan Nina Pane, Adinda Arimbi Saraswati menuturkan kesaksiannya hidup dan tinggal di camp persembunyian Jenderal Kelly Kwalik dan para anggota TPN-PB/OPM. Penuturan Arimbi, mengungkap sosok Kelly Kwalik dengan karakter dan keunikan personal. Tak hanya terkesan sosok menakutkan, tapi Jenderal yang penuh wibawa dan kadang tertutur kekocakan para peneliti terhadap pribadinya.

Setelah penyanderaan selesai, Jenderal Kelly Kwalik menjadi target operasi militer Indonesia. Bahkan, dianggap sebagai aktor utama sejumlah peristiwa penembakan dan kekerasan yang terjadi di Papua, terutama di wilayah PT Freeport, Timika. Seperti penembakan dua guru warga negara Amerika di Mile 62-63 pada 2002, dirinya dituduh sebagai aktor dibalik peristiwa itu, namun ia menolak tuduhan dan menyatakan tidak bertanggung jawab atas insiden penembakan tersebut.

Kemudian Juli 2009, sosoknya menjadi kontroversial pada peristiwa penembakan warga Australia dan beberapa orang sipil di areal konsensi PT. Freeport. Irjen FX Bagus Ekodanto, Kapolda Papua waktu itu, bertemu dengan Jenderal Kelly Kwalik dan hasil pertemuan itu diungkapkan bahwa Jenderal Kelly Kwalik bukan pelakunya. Namun saat seminar yang diadakan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Pangdam XII Cendrawasih pada saat menyampaikan materi seminar mengatakan Jendral Kelly Kwalik yang menjadi pelaku penembakan itu. Dan penembakan di bulan Oktober 2009 terjadi untuk terakhir kali tahun ini di wilayah tambang PT Freeport.

Rabu, 16 Desember 2009, pukul 03.00 waktu Papua, Jenderal Kelly Kwalik tewas tertembus sekitar empat peluru oleh Tim Densus 88. Di saat itu, Jenderal Kelly Kwalik dalam kondisi yang lemah. Dalam beberapa bulan terakhir, Jenderal Kelly Kwalik sebenarnya sedang menjalani proses pengobatan. Ketika ia disergap, ia berada di sebuah rumah warga dan ditemani beberapa orang warga sipil, yang diantaranya terdapat kerabatnya, yaitu Tilda Solin yang sedang hamil dan suaminya Yohanis Kibak, Steve Mom, Jack Mom, dan Marhen Kwalik.

Pertemuan menjelang hari raya Natal itu adalah saat terakhir bagi Jenderal Kelly Kwalik. Kematiannya telah menggoreskan luka mendalam bagi rakyat Papua. Lonceng kebahagiaan Natal kali ini menjadi lonceng kematian seorang pemimpin besar dan terhormat, yang dikenal sangat humanis dan berani memperjuangkan keadilan di tanah Papua. Uskup Keuskupan Timika, Jayapura, Mgr. Philip Saklil, Pr di depan jenazah mendaraskan doa dan kesaksiannya, “Dia (Kelly) memperjuangkan kemiskinan di tengah hutan bersama dinginnya udara, bukan di hotel-hotel berbintang” (Koran Tempo, 22 Desember 2009). Menurut Uskup Philip Saklil, selama 30 tahun lebih Kelly tetap konsisten memperjuangkan komitmennya melawan ketidakadilan dan perampasan hak-hak warga Papua.

Bagi rakyat Papua, kematian Tuan Jenderal itu mengukir kembali memoria passionis (ingatan penderitaan) bagi bangsa Papua. Semasa di dalam perjuangan, Jenderal Kelly Kwalik mengungkapkan sebuah doa kepada seorang pemuda aktivis Papua yang sangat dekat dengannya. Doa ini juga untuk mengantarkan ke alam keabadian dengan tenang dan damai. Seorang aktivis Papua itu menuliskan ungkapan doa Jenderal Kelly Kwalik tersebut demikian:

Selama 34 tahun ku bertahan di hutan belantara, ku daki bukit-gunung; ku lalui lembah, rawa; ku menyeberang kali, danau, sungai dan laut, ku tahan terik panas walaupun membakar kulit, ku tahan dingin dan bekunya tubuhku karena salju abadi warisan leluhurku hanya karena satu tekat, yakni demi tegaknya keadilan, kebenaran, kasih dan perdamaian di atas tanah leluhurku.

Kini aku berseru dan berdoa sebelum kelak aku menghembuskan nafasku. “Tuhanku bawalah pergi semua emas, tembaga, minyak, gas, ikan, semua tumbuhan dan hewan yang membuat pulau ini menjadi kaya. Dan berilah kami kembali hak KEMERDEKAAN itu. Orang-orang ini, mereka butuh semua yang Engkau taruh di tanah ini; tetapi semua barang ini bukanlah yang pernah, sedang atau akan minta padaMu. Bawa pergi semuanya dari tanah ini ke negeri mereka masing-masing dan berilah kami apa yang kami mintakan dari kemarin, sekarang, sampai besok juga kalau perlu.”

Semoga doa ini didengar oleh bangsa dan pemerintah Indonesia, untuk kehidupan yang damai dan tenang di tanah Papua. Selamat jalan pejuang keadilan. Selamat jalan Tuan Jenderal. Tinggallah dalam Damai, Rest in Peace!

***

Catatan:  Penulis adalah wartawan. Tulisan ini awalnya dimuat di blog www.duniabergerak.blogspot.com. Pernah diterbitkan lagi di Indoprogress.com pada 13 Januari 2010. Diterbitkan kembali disini untuk mengenang 14 tahun kematian Kelly Kwalik pada 16 Desember 2023 dan tujuan pendidikan.

Kelly Kwalik

Jenderal Kelly Kwalik

-Kelly Kwalik-

Kelly kwalik
Kau tak gentar maju membela
Melawan rasa takut dan gempuran senjata
Banyak nyawa yang gugur di depan mata
Tetapi tak ada niat mundur memperjuangkan nasib bangsa

Kelly kwalik
Sebelum sang fajar menampakkan diri di ufuk timur
Kau telah bergerak tanpa tidur di hutan belantara
Mendaki Gunung, Bukit, Lereng, Lembah, Rawa dan Menyeberangi sungai

Kelly kwalik
Kau sang pembela bangsa yang tak kenal kata menyerah
Jiwa serta ragamu tetap fokus ke arah musuhmu
Tetesan keringat hingga darah yang mengalir dalam ragamu semua itu demi meraih kemerdekaan

Kelly kwalik
Kau berjuang bukan untuk dikenal banyak orang
Bukan untuk menjadi orang yang namanya didengar di setiap sudut ruang
Kau memperjuangkan nasib bangsa
Kau merelakan nyawa di medan pertempuran

Kelly kwalik
Demi bangsamu
Nyawa adalah taruhan
Dan kau relakan nyawa di ujung senjata
Saat natal tiba terdengar berita dukamu
Natal kian sepi meratapi rindu kepergianmu
Natal dan tangisan rakyatmu mengantarkan jasa keistrahatan terakhirmu. ]

Karya Maki Gee Wuu
Dogiyai: 24 Oktober 2022

SURAT CINTA MAMA ELISABETH NDIWAEN UNTUK GENERASI MUDA PAPUA YANG MELAWAN KETIDAKADILAN

Elisabeth Ndiwaen, aktivis perempuan (Foto-PV Merauke)

SURAT CINTA MAMA ELISABETH NDIWAEN UNTUK GENERASI MUDA PAPUA YANG MELAWAN
KETIDAKADILAN

Mama senang dan bangga, punya anak anak yang berjuang untk membela kaum yang lemah. Ini suatu kemenangan dari awal perjuangan anak-anak mama yang sudah siap membela kaum yang lemah. Ini mama jujur. Ini suatu perjuangan yang sangat Dahsyat dan luar biasa, dan Tuhan Yesus pun tau apa yang anak-anak ku perjuangkan, di atas Tanah negeri leluhur Orang marind. Anim-Ha dari kondo sampai digul Sudah Tau betapa dahsyatnya anak-anak ku semua.

Tetap semangat, satukan barisan, untuk maju membelah kaum yang lemah. Doa terbaik dari Mama buat semua anak anak mama yang berjuang untuk membela kaum yang lemah, serta menegakkan keadilan dan kebenaran di dunia ini. Tetap semangat berjuang dan bersuara terus, Tuhan Yesus akan selalu bersama anak anak negeri yang bersuara untuk mencari keadilan. Wahai anak anak sekalian mama akan selalu menjaga dan melindungi kalian semua sebagai seorang ibu; Mama yang selalu menyayangi anak-anaknya.

Hormat mama untuk semua: Tuhan Yesus Memberkati Kita semua dan LBH papua Tuhan Yesus jaga dan lindungi bersama anak Teddy, Mama ucapkan banyak Terima kasih karna lewat LBH papua semakin banyak manusia tahu kalau papua ini bukan Tanah kosong dan Lembaga Pusaka bos Angki bersama teman-teman semua, Tuhan Yesus jaga lindungi sampai akhir hayat kita semua, Karena hidup ini cuma sekali saja jadi kita menegakkan kebenaran dan keadilan. Itu saja yang Mama sampaikan.

Akhir kata dari mama jangan kita pernah menyerah, tetapi kita tetap kuat dan satu untuk melawan ketidakadilan yang terjadi.



Memperingati Hari HAM Internasional Ke 75 Tahun

Seorang Ibu dan Anak berumu 1 Tahun yang di Tangkap oleh Kepolisian Kota Timika saat ikuta Aksi Damai Memperingati Hari HAM Seduni di Kota Timiia, 10/12/2023.


Oleh :
Ardy Murib

Seluruh dunia telah memperingatkan hari HAM Se-dunia. Yang jatuh pada 10 Desember 1948 yang ke 75 Thn.

Semenjak Resolusi dikeluarkan oleh Perserikatan bangsa-bangsa (PBB), bawah Setiap Tanggal 10 Desember adalah hari Hak Asasi Manusia atau yang disebut HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada manusia yang tidak bisa dihilangkan dan sifatnya langgeng. Di dunia Internasional tanggal 10 Desember telah ditetapkan sebagai hari HAM Sedunia.

Sejarah Hari HAM sedunia ini memiliki perjalanan yang panjang hingga akhirnya ditetapkan menjadi hari yang diperingati di seluruh di dunia.

Indonesia sendiri adalah bangsa yang mengakui dan sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia serta meletakkan jaminan hak asasi manusia ini dalam konstitusinya. Hari Hak Asasi manusia dimulai sejak perang dunia kedua yang terjadi pada tahun 1939 s.d 1945 yang banyak menjatuhkan korban dan kerugian di seluruh dunia.

Dari kesadaran atas penderitaan dan kerugian di berbagai aspek akibat perang dunia kedua ini, maka Majelis Umum PBB menyepakati adanya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM). Deklarasi ini bertujuan agar kejadian seperti perang dunia kedua tidak terulang kembali.

Pada tahun 1947 anggota Majelis Umum PBB mulai menyusun draft DUHAM yang kemudian mulai diadopsi menjadi oleh Majelis umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948. Tepat pada tanggal 10 Desember 1950 Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi 423 yang ditujukan kepada seluruh anggota PBB. Sejak saat itulah tanggal 10 Desember diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia Sedunia.

Untuk itu kawan kawan yang tergabung dalam Solidaritas Antik Investasi dan militerisme di tanah Papua.

Memperingati hari Hak Asasi manusia dengan melakukan Aksi Mimbar bebas, bertempat di depan gedung Eme-neme Yaware. Pada tanggal 10 Desember 2023.

Sebagai bentuk protes atas pelanggaran HAM berat yang terjadi diatas Tanah Papua sejak 19 Desember 1961, Dimulai dari Trikora 19 Desember 1961,New York Agreement 15 Agustus 1962, Roma Agreement 30 September 1962, Aneksasi bangsa Papua kedalam republik Indonesia pada 1 Mei 1963, Kontrak kerja PT Freeport Me Moran 7 April 1967,Penentuan Pendapat Rakyat atau Pepera dari Bulan Juli s/d September 1969, Otsus Papua yang penuh dengan darah dan nyawa manusia pada tahun 2001, termasuk peristiwa peristiwa berdarah lainnya termasuk, Pengungsian di Beberapa daerah yaitu Nduga, Intan jaya, Yahukimo, Puncak Papua, Maybrat, Sorong, Pegunungan Bintang, dll.

Dengan peristiwa yang penuh dengan darah dan nyawa yang melayang di bumi Papua, seluruh Tanah Papua, dan Indonesia turun ke jalan, sebagai rasa perihatin atas sejarah yang klam di masa lalu Hingga saat ini.

75 Tahun telah menjadi salah satu peristiwa yang tidak bisa dipungkiri dengan seorang Bayi ber-umur 1 tahun ikut memprotes atas kebijakan pemerintah Indonesia atas Papua dan tidak menutup kemungkinan, dari sekian bayi yang ada di rahim seorang perempuan Papua itu akan terus memberontak terhadap kolonialisme Indonesia atas Papua, karena semenjak mereka didalam rahim ibu dan rasa trauma itu mengembara di sela-sela darah seorang bayi.

Dan hal itu terbukti dengan adanya aksi mimbar bebas yang dilakukan oleh kawan kawan Solidaritas Antik Investasi dan militerisme di Papua.
Seorang bayi ditangkap oleh satuan Polisi beserta Anteng-anteng nya di depan Gedung Eme-neme Yaware tepat pukul 14,00 waktu Papua.
Sekali lagi jika Pelanggaran HAM terus menerus terjadi di bumi Papua sudah semestinya perlawanan terhadap penjajah harus dilakukan terus menerus.

Dengan ini sudah semesti'nya penjajahan, penindasan, , pengisapan,pembersihan etnis kelaparan ketakutan serta krisis kemanusiaan harus di hapuskan di dunia termasuk Papua itu sendiri.

Penulis adalah Anggota Masyarakat Adat Independen Papua (MAI-P)