Perempuan Pu Masa Lalu Aib
Oleh : Misela Tabuni
Di beberapa kasus Perempuan yang kebanyakan lebih memilih untuk tidak bercerita tentang masa lalunya,di karenakan karena menurut masyarakat ketika perempuan yang mempunyai masa lalu kelam adalah "Aib".
Banyak di luar sana perempuan yang mau speak up,ingin untuk bersuara tentang apa yang mereka rasa tapi, tidak banyak dari mereka memilih diam,hanya karena masa lalu adalah "Aib."
Di tengah masyarakat kita ada standar dan spesifikasi.untuk perempuan menyandang predikat, "Baik" dan "Buruk". Perempuan yang baik, sudah pasti yang sesuai dengan imajinasi masyarakat,apa lagi di pupuk dengan pemahaman "Agama."
Di mana realitas yang kita tahu ketika perempuan,kehilangan "Keperawanannya" maka,sudah pasti akan menjadi aib di tengah masyarakat,akan muncul narasi-narasi yang berkaitan langsung. dengan kehidupan nya secara, tidak langsung mengintervensi ruang privasi yang seharusnya bukan jadi Rana kita.
Contoh sederhana saja, sa sudah biasa bahas ini tentang perempuan. yang sering punya hubungan toxic,di posisi ini banyak perempuan yang tidak mau bicara. karena dong rasa itu "aib", sesuatu yang "memalukan", karena dalam dong pu pikiran itu,pasti tentang anggapan orang lain terhadap dirinya sendiri.
"Adoh nanti orang bilang sa buruk,dong pasti cerita sa nanti,pasti dong sebar kan dll."
Belum lagi penekanan dari dalam keluarga ketika perempuan di cap Buruk.
Karena punya kebiasaan jalan malam,isap rokok,mabuk ataupun having sex diluar ketika, perempuan sampai ke tahap ini.Percayalah "harga diri" perempuan itu sudah tidak ada apa-apanya yang di anggap merusak nama baik keluarga.
Seakan-akan Perempuan harus menjaga dirinya agar suatu saat ketika,de cari suami itu de punya latar belakang yang baik, punya masa lalu yang tidak di nilai buruk oleh standar masyarakat.
Yang jadi inti sari nya adalah, kita tidak melihat secara dekat bagaimana. jiwa seorang perempuan, harus terus terluka hanya karena harus memenuhi standar tersebut,di tambah lagi kita hidup di tengah masyarakat Patriarki.
Siang bolong terang juga, jalan dengan kawan laki-laki. di anggap perempuan, yang buruk gonceng dengan laki-laki, di kira baku bawa pulang nongkrong,dengan teman-teman di kira habis pulang hotel.
Jadi perempuan sesusah itu kah? maksudnya kenapa perempuan harus di beratkan dalam kehidupan sosial masyarakat.Seakan-akan ini semakin membenarkan kalau perempuan hanya manusia kelas dua.
Beban trauma yang harus di tanggung ketika kita membudayakan. budaya bisu itu berat nya bukan main.Apa lagi kalau,kita menganggap perempuan hanya dapur,rumah dan kasur.
Sampai kapanpun masyarakat akan buta dalam memahami trauma yang di alami perempuan, justru masa lalu itu harus jadi sesuatu yang punya "makna".Kita tidak hidup untuk masa lalu, kita hidup untuk masa depan.
Kalau ko nilai perempuan hanya dari masa lalu berarti ko pu kacamata belum terlalu tajam untuk melihat perempuan secara utuh.Ketika perempuan punya,kepingan-kepingan masa lalu yang buat de drop,cemas, takut seharusnya kita berikan ruang untuk bisa bicara.
Kasih dia tempat untuk bercerita bahwa,apa yang jadi masa lalu. itu bukan untuk di sesali juga bukan Aib, yang harus di sembunyikan ujung-ujungnya merusak mental, psikis dan fisik.
Sa cuman mau,bilang bahwa masa lalu bukan Aib. tapi mari kita, sama-sama untuk diskusi kita berbagi,kita berani untuk bicara,bahwa kita sebagai perempuan. tidak bisa di ukur nilainya hanya, karena masa lalu kita buruk lalu,kita di nilai belum menjadi perempuan yang "Bermoral."
Kalau ko punya masa-masa yang berat ketika harus mempunyai pasangan yang memperlakukan ko dengan sangat posesif, bicara lah,kalau ko mengalami kekerasan fisik bicara, kekerasan Non-verbal bicara, punya kekerasan seksual bicara dan apapun itu kita berhak untuk bersuara.
Bersuara bukan untuk mendapatkan validasi,kita bersuara ketika tubuh kita di rusak,kita berbicara ketika batin kita di buat trauma dan pikiran kita di jajah dengan standar masyarakat yang melahirkan penindasan.
Jadi berhenti berpikir masa lalu itu "Aib"
Mulai dengan diri sendiri, bicara sama diri sendiri, lalu diskusikan dengan teman di sekitar, berbagai tanpa kita harus menghakimi satu sama lain, berhenti bersikap seolah-olah orang harus lihat ko sebagai perempuan yang baik.
Membaca buku bisa memberikan tempat tersendiri untuk curhat, membaca buku juga bukan tentang mencari validasi tapi perempuan yang membaca sudah pasti memberikan ruang positif bagi tubuh dan jiwanya.
Mari membaca bersama Komunitas Lapak Baca Jalanan Kota Agamua .
Penulis Adalah Anggota Komunitas Lapak Baca Jalan Kota Agamua
Tidak ada komentar
Posting Komentar