Mao Zedong, Pimpinan Partai Komunis Cina. Foto BBC. |
Ditulis oleh Mao Zedong tahun 1926
Siapa musuh kita? Siapa sahabat kita? Masalah ini adalah masalah
yang nomor satu pentingnya bagi revolusi. Sebab pokok mengapa semua perjuangan
revolusioner di Tiongkok pada masa lampau sangat kecil hasilnya ialah karena
tidak bisa bersatu dengan sahabat yang sesungguhnya untuk menggempur musuh yang
sesungguhnya. Partai revolusioner ada Maolah penunjuk jalan bagi massa, dan
belum pernah ada revolusi yang tidak gagal apabila partai salah
menunjukkan jalan dalam revolusi. Untuk menjamin agar kita tidak salah
menunjukkan jalan dan pasti mencapai sukses dalam revolusi, tidak boleh tidak
harus kita perhatikan hal bersatu dengan sahabat kita yang sesungguhnya
untuk menggempur musuh kita yang sesungguhnya. Untuk membedakan sahabat yang
sesungguhnya dan musuh yang sesungguhnya, tidak boleh tidak harus kita analisa
secara umum kedudukan ekonomi klas-klas dalam masyarakat Tiongkok serta
sikapnya masing-masing terhadap revolusi.
Bagaimana keadaan klas-klas di Tiongkok?
Klas Tuan Tanah dan Klas Komprador
Di Tiongkok setengah jajahan yang terbelakang ekonominya, klas tuantanah
dan klas kompradorsama sekali merupakan embel-embel burjuasi internasional,
yang hidup dan berkembangnya tergantung kepada imperialisme. Klas-klas ini
mewakili hubungan-hubungan produksi yang paling terbelakang dan paling
reaksioner di Tiongkok dan menghambat perkembangan tenaga produktif Tiongkok.
Mereka berlawanan sama sekali dengan tujuan revolusi Tiongkok. Terutama klas
tuantanah besar dan klas komprador besar selalu memihak imperialisme dan merupakan
kaum kontra-revolusioner ekstrim.Wakil politik mereka ialah golongan penganut
negaraisme [1] dan golongan kanan Kuomintang.
Burjuasi Sedang
Klas ini mewakili hubungan-hubungan produksi kapitalis di kota dan di desa
Tiongkok. Yang dimaksudkan dengan burjuasi sedang itu terutama ialah burjuasi
nasional yang bertentangan sikapnya terhadap revolusi Tiongkok: mereka
memerlukan revolusi dan menyetujui gerakan revolusioner melawan imperialisme
dan rajaperang apabila mereka menderita karena pukulan modal asing dan tindasan
rajaperang; tetapi mereka mencurigai revolusi apabila mereka merasa
perkembangan klasnya untuk mencapai kedudukan burjuasi besar terancam
oleh revolusi yang diikutsertai proletariat Tiongkok secara militan
di dalam negeri dan disokong aktif oleh proletariat internasional di luar
negeri. Gagasan politik mereka ialah membentuk suatu negara yang dikuasai
oleh satu klas saja, yaitu burjuasi nasional. Ada seseorang yang mengaku
dirinya “penganut sejati” Tai Ci-thao [2] menulis dalam Chen
Pao [3] Peking:”Angkat tangan kirimu untuk menghancurkan
imperialisme dan anagkat tangan kananmu untuk menghancurkan Partai
Komunis.” Kata-kata ini menggambarkan dilemma dan kepanikan klas
tersebut. Mereka menentang ditafsirkannya Prinsip Kesejahteraan Rakyat dari
Kuomintang menurut ajaran perjuangan klas dan mereka menentang persekutuan
Muomintang dengan Rusia serta diterimanya Kaum Komunis [4] dan
kaum kiri. Tetapi maksud klas ini untuk membentuk satu negara yang dikuasai
oleh burjuasi nasional sekali-kali tidak akan tercapai, sebab situasi dunia
sekarang adalah situasi di mana dua kekuatan besar, revolusi dan
kontra-revolusi, melakukan perjuangan yang penghabisan. Kedua kekuatan besar
ini mengibarkan dua panji besar: yang satu ialah panji merah revolusi,
dikibarkan oleh Internasionale Ketiga yang menyerukan supaya semua klas
tertindas di seluruh dunia berkumpul di mawah panjinya; yang lain ialah
panji putih kontra-revolusioner, dikibarkan oleh Liga Bangsa-bangsa yang
menyerukan supaya semua anasir kontra-revolusioner di seluruh dunia berkumpul
di bawah panjinya. Klas-klas tengah pasti mengalami diferensiasi dengan cepat,
sebagian ke kiri menggabungkan diri dengan kaum revolusioner dan sebagian yang
lain akan ke kanan menggabungkan diri dengan kaum kontra-revolusioner; dan
tidak ada ruang untuk bersikap “bebas” bagi mereka. Maka itu ide burjuasi
sedang di Tiongkok tentang revolusi dengan “bebas” di mana klas mereka
memainkan peranan utama hanyalah suatu khayalan belaka.
Burjuasi Kecil
Yang termasuk kategori ini ialah tani pemilik [5] , pengusaha
kerajinan tangan, intelektuil lapisan bawah – pelajar dan mahasiswa, guru
sekolah menengah dan sekolah dasar, pegawai negeri rendahan, kerani dan
pengacara kecil – pedagang kecil dan sebagainya. Baik ditinjau dari jumlahnya
maupun dari watak klasnya, klas ini patut mendapat perhatian yang sangat besar.
Yang diusahakan oleh tani-pemilik dan pengusaha kerajinan tangan semuanya ialah
ekonomi produksi kecil-kecilan. Meskipun semua lapisan klas ini sama-sama
mempunyai kedudukan ekonomi burjuis kecil, tetapi mereka terbagi menjadi tiga
golongan yang berlainan. Golongan pertama ialah mereka yang mempunyai kelebihan
uang atau beras, yaitu mereka yang setiap tahun mempunyai kelebihan sesudah
pendapatannya dari kerja badan atau kerja otak dipakai untuk kebutuhannya
sendiri. Orang-orang sedemikian sangat besar keinginannya untuk menjadi kaya,
paling rajin menyembahyangi Panglima Cao Kung [6] , dan sekalipun
tidak mengelamununtuk mendapat banyak keuntungan, tapi mereka selalu ingin
memanjat ke kedudukan burjuasi sedang. Mereka berliur tak henti-hentinya
apabila melihat hartawan-hartawan kecil yang dihormati orang. Orang-orang
semacam ini kecut-hati, takut kepada pejabat dan juga agak takut akan revolusi.
Berhubungan dengan kedudukan ekonominya dekat sekali dengan burjuasi sedang,
maka mereka percaya sekali kepada propaganda burjuasi sedang dan bersikap
curiga terhadap revolusi. Golongan ini merupakan minoritet dalam burjuasi kecil
dan adalah sayap kanan dari burjuasi keci. Golongan kedua ialah mereka yang
pada umumnya dapat mencukupi kebutuhannya sendiri di bidang ekonomi.
Golongan ini sangat berbeda dengan golongan yang pertama; mereka juga ingin
menjadi kaya, tetapi Panglima Cao Kung selalu tidak merestui mereka untuk
menjadi kaya. Lagi pula, karena penghisapan dan penindasan kaum
imperialis, rajaperang, tuantanah feodal dan burjuasi komprador besar pada
tahun-tahun belakangan ini, maka mereka merasa bahwa dunia sekarang bukan lagi
dunia dahulu. Mereka merasa tidak akan dapat mempertahankan hidupnya jika
sekarang hanya bekerja sebanyak dulu. Untuk dapat mempertahankan hidupnya
mereka harus memperpanjang jam kerjanya, bangun pagi-pagi, pulang malam dan
lebih hati-hati dalam pekerjaanya. Mereka agak memaki-maki: orang asing dimakinya
sebagai “setan asing”, rajaperang dimakinya sebagai “jenderal perampok uang”
dan gembong lalim setempat dan ningrat jahat [*] dimakinya sebagai “si kaya
yang jahat”. Mengenai gerakan melawan imperialisme dan rajaperang, golongan ini
hanya sangsi apakah gerakan itu pasti berhasil (dengan alasan bahwa orang asing
dan rajaperang tempak begitu hebat), tidak mau ikut serta dengan begitu saja
dan mengambil sikap netral, tetapi sekali-kali tidak menentang revolusi. Jumlah
orang golongan ini banyak sekali, kira-kira merupakan separo dari jumlah
burjuasi kecil. Golongan ketiga ialah mereka yang merosot kehidupannya. Di
dalam golongan ini banyak yang tadinya barangkali termasuk apa yang disebut
orang mampu, berangsung-angusr berubah dari hanya sekedar cukup saja menjadi
semakin merosot penghidupannya. Setiap tutup buku pada akhir tahun, terkejutlah
mereka dengan berkata:”Wah, tekor lagi !” Karena hidup orang-orang ini dahulu
senang, kemudian tiap tahun menurun, hutangnya makin bertambah dan hidupnya
makin menyedihkan, maka mereka “menggigil tanpa kedinginan bila memikirkan hari
depan”. Orang-orang ini merasa sangat tersiksa batinnya karena adanya kontras
antara masa lampau dan masa kini mereka. Orang-orang ini sangat penting dalam
gerakan revolusioner; mereka adalah massa yang tidak kecil jumlahnya dan
merupakan sayap kiri burjuasi kecil. Pada waktu biasa ketiga golongan
burjuasi kecil tersebut berlainan sikapnya terhadap revolusi, tetapi pada waktu
perang, yaitu pada waktu pasang revolusi naik dan fajar kemenangan sudah
tampak, bukan saja golongan kiri burjuasi kecil turut serta dalam revolusi,
tetapi golongan tengahnya juga mungkin turut serta dalam revolusi dan bahkan
elemen-elemen kanannyapun akan terpaksa mengikuti revolusi karena terbawa
oleh arus besar revolusi dari proletariat dan golongan kiri burjuasi kecil.
Apabila kita tinjau dari pengalaman dalam Gerakan 30 Mei 1925 [7] dan
gerakan tani di berbagai tempat, kesimpulan ini tidak salah.
Semi-Proletariat
Yang dinamakan semi-proletariat di sini meliputi lima golongan: (1)sebagian
besar dari tani setengah-pemilik [8] , (2) tanimiskin, (3) tukang
kerajinan tangan kecil, (4) pegawai toko-toko [9] , dan (5)
penjaja. Sebagian terbesar dari tani setengah-pemilik bersama tanimiskin
merupakan massa yang amat besar jumlahnya di desa. Yang dimaksudkan
dengan masalah tani terutama ialah masalah mereka itu. Yang diusahakan oleh
tani setengah-pemilik, tanimiskin dan tukang kerjinan tangan kecil semuanya
ialah ekonomi produksi kecil-kecilan dalam skala yang lebih kecil lagi. Meskipin
sebagian besar dari tani setengah pemilik dan tani miskin sama-sama tergolong
semi-proletariat, tetapi menurut keadaan ekonominya mereka dapat diperinci lagi
menjadi tiga bagian, yaitu bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah.Tani
setengah pemilik itu hidupnya lebih susah daripada tani-pemilik, karena mereka
setiap tahun kekurangan bahan makanan kira-kira separo dari keperluannya, dan
mereka harus menyewa tanah dari orang lain, menjual sebagian tenaga kerjanya
atau berdagang kecil-kecilan untuk menutup kekurangannya itu. Pada masa
paceklik antara musim semi dan musim panas, mereka harus meminjam uang dengan
bunga yang tinggi dan membli bahan makanan dengan harga yang mahal, maka
keadaannya sudah tentu lebih sukar dari pada tani-pemilik yang tidak memerlukan
bantuan orang lain, tetapi lebih baik daripada tani miskin.Sebab tani miskin
tidak mempunyai tanah, dan meskipun setiap tahun bercocok tanam, yang
didapatkan hanya separo atau bahkan tidak sampai separo dari hasil panennya,
sedangkan tani setengah pemilik meskipun dari tanah yang disewanya hanya
mendapat separo atau tidak sampai separo dari hasil panennya, tetapi dari
tanah miliknya sendiri bisa mendapat seluruh hasil panen. Maka itu tani
setengah pemilik lebih revolusioner daripada tani pemilik, tetapi kurang
revolusioner daripada tanimiskin. Tanimiskin adalah tani penyewa di desa yang
dihisap oleh tuantanah. Menurut kedudukan ekonominya, mereka terbagi pula atas
dua bagian. Satu bagian di antaranya mempunyai alat pertanian yang agak cukup
dan sejumlah dana yang lumayan. Kaum tani semacam ini bisa mendapat separo dari
hasil kerjanya setiap tahun. Untuk menutup kekurangannya, mereka dapat menanam
polowijo, menangkap ikan atau udang, memelihara ayan atau babi, atau menjual
sebagian tenaga kerja, dengan demikian mereka mereka mempertahankan hidupnya
dengan susah payah, dan dalam keadaan sulit dan serba kekurangan mereka
berharap dapat menyambung hidup sampai akhir tahun. Maka hidup mereka itu lebih
sukar daripada tani setengah pemilik, tetapi kurang revolusioner daripada
golongan tanimiskin yang lain.Yang dimaksudkan golongan tanimiskin yang lain
itu ialah mereka yang tidak cukup mempunyai alat pertanian, tidak mempunyai
dana, rabuknyapun kurang, hasil tanahnya kurang baik dan tinggal tidak seberapa
lagi setelah dibayarkan untuk sewa tanah., maka mereka lebih perlu menjual
sebagian tenaga kerjanya. Di waktu paceklik, mereka mengharapkan belas kasihan
dan minta tolongan kepada sanak saudara dan sahabat supaya dipinjami beberapa
gantang atau cupak padi-padian sekedar untuk mengisi perut barang tiga atau
lima hari; hutangnya bertumpuk-tumpuk seperti beban berat di atas punggung
sapi. Mereka itu adalah orang yang amat susah penghidupannya di kalangan kaum
tani dan mudah sekali menerima propaganda revolusioner. Tukang kerajinan tangan
kecil dinamakan semi-proletar, sebab meskipun mereka memiliki alat-alat
produksi sendiri yang sederhana dan pekerjaannya terhitung pekerjaan merdeka,
tetapi merekapun sering terpaksa menjual sebagian tenaga kerjanya dan kedudukan
enominya hampir sama dengan tanimiskin desa. Tanggungan keluarganya
berat, upahnya tidak setimpal dengan beaya penghidupan, dan tekanan kemelaratan
dan ancaman pengangguran selalu terasa olehnya; dalam hal ini mereka pada
umumnya sama dengan tanimiskin. Pegawai toko ialah pekerja upahan dalam toko ,
yang menghidupi keluarga dengan gaji yang sedikit sekali , yang biasanya hanya
mendapat kenaikan gaji sekali dalam beberapa tahun sedangkan harga barang
naik tiap tahun. Jika kebetulan kita bercakap-cakap dengan mereka dari
hati ke hati, terdengarlah keluh kesahnya yang tidak habis-habis. Kedudukannya
tidak banyak berbeda dengan tanimiskin dan tukang kerajinan tangan kecil,
sehingga propaganda revolusioner sangat mudah diterimanya. Penjaja, baik yang
menjaja berkeliling maupun yang berjualan di tepi jalan, semuanya bermodal
kecil, keuntungannya tipis dan kurang sandang pangan. Kedudukan mereka tidak
banyak berbeda dengan tanimiskin, dan sama halnya dengan tani miskin mereka
membutuhkan revolusi untuk mengubah keadaan sekarang.
Proletariat
Proletariat industri modern terdiri dari kira-kira dua juta orang.
Berhubung dengan keterbelakangnya ekonomi Tiongkok, maka kaum proletar
industri modern tidak banyak jumlahnya. Buruh industri yang lebihkurang dua
juta itu terutama ialah buruh dari lima macam industri, yaitu keretaapi,
pertambangan, pengangkutan laut, tekstik dan pembuatan kapal; dan sejumlah yang
sangat besar di anataranya diperbudak dalam perusahaan modal asing. Meskipun
tidak banyak jumlahnya, proletariat industri mewakili tenaga produktif yang
baru di Tiongkok, merupakan klas yang paling progresif di Tiongkok modern dan
menjadi kekuatan memimpin dalam gerakan revolusioner. Pentingnya
kedudukan proletariat industri dalam revolusi Tiongkok dapat kita ketahui dari
kekuatan yang mereka perlihatkan dalam gerakan pemogokan pelaut [10] ,
pemogokan buruh kereta api [11] , pemogokan buruh tambang
batubara [12] , pemogokan buruh di Shamién [13] serta
pemogokan besar di Shanghai dan Hongkong [14] sesudah
Peristiwa 30 Mei. Sebab pertama mengapa mereka bisa menempati kedudukan
demikian ialah terpusatnya mereka. Golongan lain yang manapun tidak begitu
terpusat seperti mereka. Mereka telah kehilangan alat produksinya, tinggal
mempunyai dua belah tangan saja, sudah putus harapan untuk menjadi kaya dan
lagi pula diperlakukan dengan kejam sekali oleh kaum imperialis, rajaperang dan
burjuasi. Itulah sebabnya mengapa mereka teristimewa militan. Kekuatan kaum
kuli di kota juga sangat patut diperhatikan. Mereka kebanyakan terdiri dari
buruh pengangkut di pelabuhan dan tukang angkong; pengeduk jamban dan tukan
sapu jalan juga termasuk golongan ini. Mereka tidak memiliki apa-apa kecuali
kedua belah tangan, kedudukan ekonominya mirip dengan buruh industri, tetapi
tidak begitu terpusat dan begitu penting peranannya dalam produksi seperti
buruh industri.. Di Tiongkok masih sedikit pertanian kapitalis modern. Yang
dimaksudkan proletariat desa ialah buruh tani yang menjadi buruh tetap,
buruh bulanan atau buruh lepas. Buruh tani semacam itu bukan saja tidak
memiliki tanah, tetapi juga tidak memiliki alat pertanian, bahkan tidak
mempunyai dana sedikitpun, maka mereka tidak bisa lain kecuali hidup memburuh.
Dibandingkan dengan buruh yang lain, jam kerjanya lebih panjang, upahnya lebih
rendah, syarat-syarat hidupnya lebih buruk dan pekerjaannya lebih tidak
terjamin. Orang-orang ini terhitung yang paling menderita di desa dan menempati
kedudukan yang sama pentingnya dengan tani miskin dalam gerakan tani.
Selain dari itu masih terdapat kaum proletar-gelandangan yang tidak kecil
jumlahnya, terdiri dari kaum tani yang kehilangan kesempatan bekerja. Mereka
itu paling terombang-ambing penghidupannya di antara manusia. Mereka mempunyai
perkumpulan rahasia di mana-mana, misalnya San He Hui di provinsi-provinsi
Fucién dan Kuangtung, Ke Lao Hui di provinsi Hunan, Hupei, Kuicou dan Sechuan,
Ta Tao Hui di provinsi-provinsi Anhui, Henan, dan Shantung, Cai Li Hui di
provinis Celi dan tiga provinsi timur laut [**] serta Ching Pang di Shanghai
dan di tempat-tempat lain [15] , kesemuanya itu pernah
merupakan organisasi-organisasi saling bantu dalam perjuangan politik dan
ekonomi mereka. Bagaimana memperlakukan orang-orang itu merupakan salah satu
soal yang sulit di Tiongkok.Mereka bisa berjuang dengan gagah berani, tetapi
mempunyai sifat merusak; mereka bisa menjadi kekuatan revolusioner jika
dibimbing dengan tepat.
Dari uraian di atas dapatlah diketahui bahwa semua yang bersengkongkol dengan imperialisme – rajaperang, birokrat, klas komprador, klas tuantanah besar dan bagi kaum intelektuil yang reaksioner yang bergantung pada mereka – adalah musuh kita. Proletariat industri adalah kekuatan memimpin dalam revolusi kita. Seluruh semi-proletariat dan burjuasi kecil adalah sahabat kita yang terdekat. Adapun burjuasi sedang yang bimbang itu, sayap kanannya mungkin menjadi musuh kita, sayap kirinya mungkin menjadi sahabat kita – tetapi kita harus selalu berjaga-jaga jangan sampai mereka mengacaukan front kita.
Artikel ini ditulis oleh Kawan Mao Ce-tung untuk menentang dua penyelewengan
yang terdapat dalam Partai pada waktu itu. Penyelewengan pertama, dengan Chen
Tu-siu sebagai wakilnya, hanya memperhatikan kerja sama dengan Kuomintang saja
dan lupa akan kaum tani; ini adalah oportunisme kanan. Penyelewengan kedua
dengan Cang Kuo-thao sebagai wakilnya, hanya memperhatikan gerakan buruh saja
dan lupa akan kaum tani; ini adalah oportunisme “kiri”. Kedua oportunisme itu
sama-sama merasa kekuatannya sendiri tidak cukup, tetapi tidak tahu dari mana
dicarinya kekuatan dan dari mana pula didapatkan sekutu yang luas. Kawan Mao
Ce-tung menunjukkan bahwa sekutu proletariat Tiongkok yang paling luas dan
paling setia adalah kaum tani, dengan demikian telah memecahkan masalah
tentang sekutu yang terutama dalam revolusi Tiongkok. Selain itu Kawan Mao
Ce-tung juga sudah dapat melihat bahwa burjuasi nasional pada waktu itu adalah
suatu klas yang bimbang dan mereka akan mengalami deferensiasi pada waktu
pasangnya revolusi, sayap kanannya akan menyeberang ke fihak imperialisme. Hal
itu telah dibuktikan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam tahun 1927.
Catatan: tulisan ini diterjemahkan oleh Sumartono, S. Ip.
Pernah dimuat di Pustaka Bahasa Asing, Karya Mao Ce-Tung Jilid I. Pernah dimuat
lagi di marxists.org. Diterbitkan lagi disini untuk
tujuan pendidikan dan propaganda.
Keterangan:
[1]. Yang dimaksudkan dengan golongan negaraisme ialah beberapa
gelintir politikus fasis yang tak tahu malu, yang pada waktu itu membentuk Liga
Pemuda Negarais Tiongkok yang kemudian berganti nama menjadi Partai Pemuda
Tiongkok. Sebagai pekerjaannya yang kontra-revolusioner, mereka melawan Partai
Komunis dan Uni Sovyet serta menerima subsidi dari berbagai golongan reaksioner
yang berkuasa dan kaum imperialis.
[2]. Tai Ci-thao pada masa mudanya masuk Kuomintang dan pernah bersama
Ciang Kai-sék melakukan spekulasi bursa. Setelah Sun Yat-sen meninggal pada
tahun 1025, ia melakukan hasutan anti Komunis sebagai persiapan mental untuk
kudeta kontra-revolusioner Ciang Kai-sék pada tahun 1927. Dalam waktu yang lama
ia menjadi kaki tangan Ciang Kai-sék yang setia dalam kontra-revolusi. Pada
bulan Pebruari 1949 ia membunuh diri karena putus harapan melihat kekuasaan
Ciang Kai-sék telah mendekati keruntuhannya.
[3]. Chen Pao (Harian Pagi) adalah organ Lembaga
Peneliti Pemerinatahan Konstitusionil – salah satu organisasi politik yang pada
waktu itu mendukung kekuasaan rajaperang-rajaperang Utara di lapangan politik.
[4]. Pada tahun 1923, dengan bantuan Partai Komunis Tiongkok, Sun
Yat-sen mengambil pekutusan untuk mengorganisasi Kuomintang, mengadakan
kerjasama Kuomintang-Komunis dan menerima orang-orang Komunis masuk Kuomintang.
Selanjutnya pada bulan Januari 1924 ia menyelenggarakan Kongres Nasional Ke-I
Kuomintang di Kuangcou dan dalam Kongres itu ia menetapkan Tiga Politik Besar,
yaitu bersekutu dengan Rusia, bersatu dengan Partai Komunis dan membantu tani
dan buruh. Kawan Mao Ce-tung serta Li Ta-cao, Li Po-chü, Chü chiu-pai dan
kawan-kawan lainnya juga menghadiri kongres tersebut dan memainkan peranan yang
penting sekali dalam membantu Kuomintang menempuh jalan revolusioner. Beberapa
di antara kawan-kawan itu dipilih sebagai anggota atau calon anggota Komite
Eksekutif Pusat Kuomintang.
[5]. Yang dimaksud Kawan mao Ce-tung di sini ialah tani-sedang.
[6]. Panglima Cao Kung adalah Cao Kung-ming, dewa kekayaan dalam dongeng
rakyat Tiongkok.
[7]. Yang dimaksudkan dengan Gerakan 30 Mei ialah gerakan anti
imperialis yang dilancarkan oleh rakyat seluruh negeri pada tahun 1925 untuk
memprotes terhadap pembunuhan rakyat Tiongkok oleh polisi Inggris di Shanghai
pada tanggal 30 Mei tahun itu. Dalam bulan Mei 1925 berturut-turut terjadi
pemogokan buruh besar-besaran di pabrik tekstil milik Jepang di Chingtao dan
Shanghai. Pemogokan ini ditindas oleh kaum imperialis Jepang dan
kakitangan-kakitangannya – rajaperang-rajaperang Utara. Pada tanggal 15 Mei
pemilik pabrik tekstik Jepang di Shanghai menembak mati seorang buruh bernama
Ku Ceng-hung dan melukai belasan buruh lainnya. Pada tanggal 28 bulan
itu delapan buruh di Chingtao dibunuh oleh pemerintah reaksioner. Pada tanggal
30 Mei lebih dari 2.000 orang pelajar dan mahasiswa Shanghai melakaukan
propaganda di konsesi-konsesi asing untuk menyokong kaum buruh dan menyerukan
supaya konsesi-konsesi asing direbut kembali. Kemudian terhimpun massa lebih
dari 10.000 orang dan dipekikkanlah semboyan-semboyan seperti “Hancurkan
imperialisme!” dan “Besatulah rakyat deluruh Tiongkok!” di depan kantor polisi
konsesi Inggris. Polisi imperialis Inggris lalu melepaskan tembakan, sehingga
banyak pelajar dan mahasiswa tewas dan luka-luka. Peristiwa ini terkenal
sebagai pembunuhan 30 Mei. Sesudah terjadi peristiwa pembunuhan secara
besar-besaran ini segera bangkitlah amarah rakyat seluruh Tiongkok
dan di mana-mana terjadi demonstrasi, pemogokan buruh, pemogokan pelajar dan
mahasiswa dan pemogokan pedagang, dengan demikian timbullah suatu gerakan
anti-imperialis yang besar sekali.
[8]. Yang dimaksudkan Kawan Mao Ce-tung di sini ialah kaum tani melarat
yang sebagian dari tanah garapannya adalah miliknya sedniri dan sebagian
lainnya tanah sewaan.
[9]. Pegawai toko di Tiongkok terdiri dari lapisan yang berlainan. Yang
dimaksudkan Kawan Mao Ce-tung di sini ialah lapisan yang terbanyak jumlahnya di
antara pegawai toko. Ada juga lapisan bawah dari pegawai toko yang hidup
sebagai kaum proletar.
[10]. Yang dimaksud ialah pemogokan pelaut di Hongkong dan pemogokan
kelasi di sungai Yangce pada awal tahun 1922. Pemogokan pelaut di
Hongkong bertahan 8 minggu lamanya, dan sesudah melalui perjuangan berdarah
yang sengit, akhirnya penguasa imperialis Ingris di Hongkong terpaksa
setuju menaikkan upah, mencabut larangan terhadap serikat buruh, melepaskan
buruh yang ditangkap dan membayar uang duka kepada keluarga buruh yang menjadi
korban. Selanjutnya kelasi di sungai Yangce melakukan pemogokan yang bertahan
dua minggu lamanya dan mencapai kemenangan juga.
[11]. Segera setelah didirikan pada tahun 1921, Partai omunis Tiongkok
lalu mengorganisasi buruh keretaapi. Pada tahun 1922 dan 1923 di berbagai jalan
keretaapi yang penting terjadi aksi-aksi pemogokan di bawah pimpinan Partai
Komunis. Di antaranya yang paling terkenal ialah pemogokan umum
buruh Jalan Keretaapi Peking-Hangkhou pada tanggal 4 Pebruari 1923 untuk
memperjuangkan kebebasan membentuk gabungan serikat buruh. Pada tanggal 7
Pebruari rajaperang-rajaperang Utara Wu Phei-fu dan Siao Yao-nan yang disokong
oleh imperialisme Inggris dengan kejam membunuh buruh yang mogok. Peristiwa ini
terkenal dalam sejarah sebagai Pembunuhan 7 Pebruari.
[12]. Tambang batubara Khailuan ialah nama gabungan dari daerah-daerah tambang
batubara besar Khaiphing dan Luancou yang letaknya berdekatan diprovinsi Hepei
dan pada waktu itu mempunyai buruh 50.000 orang lebih. Di dalam masa gerakan Yi
He Thuan tahun 1900 kaum imperialis Inggris merampas Tambang Batubara
Khaiphing. Orang Tiongkok lalu membentuk Kongsi Tambang Batubara Luancou, tapi
kemudian digabungkan ke dalam Pusat pertambangan Khailuan, maka kedua tambang
itu dikekangi sedniri oleh imperialisme Inggris. Yang dimaksudkan dengan
pemogokan Khailuan ialah pemogokan yang terjadi dalam bulan Oktober 1922.
Tambang batubara Ciaocuo yang terletak dibagian utara provinsi Henan adalah
juga daerah tambang batubara terkenal di Tiongkok. Yang dimaksudkan pemogokan
di Ciaocuo ialah pemogokan yang berlangsung dari tanggal 1 Juli sampai 9 Agustus
1925.
[13]. Pada waktu itu Shamién adalah konsesi imperialis Inggris di
Kuangcou. Pada bulan Juli 1924 kaum imperialis Inggris yang menguasai
Shamién mengumumkan peraturan polisi yang baru, yang mengharuskan orang
Tiongkok di Shamién membawa pas-jalan berfoto waktu keluar-masuk daerah itu,
tetapi orang asing boleh keluar-masuk dengan bebas. Kaum buruh Shamién
melancarkan pemogokan pada tanggal 15 Juli untuk memprotes tindakan yang tidak
semena-mena itu. Akhirnya kaum imperialis Inggris terpaksa mencabut peratutan
tersebut.
[14]. Sesudah Peristiwa 30 Mei 1925 di Shanaghai, mulailah pemogokan
umum di Shanghai pada tanggal 1 Juni dan pemogokan umum di Hongkong pada
tanggal 19 Juni. Yang ikut serta pemogokan di Shanghai lebih dari 200.000
orang, dan di Hongkong lebih dari 250.000 orang. Dengan mendapat sokongan
rakyat seluruh negeri, pemogokan besar di Hongkong berlangsung sampai satu
tahun empat bulan lamanya dan merupakan pemogokan yang paling lama dalam
sejarah gerakan buruh dunia.
[15]. San He Hui (Serikat Tiga Serangkai), Ke Lao Hui (Serikat Saudara),
Ta Tao Hui (Serikat Pedang Besar), Cai Li Hui (Serikat Susial) dan Ching Pang
(Perkumpulan Hijau), semuanya perkumpulan rahasia yang primitif di kalangan
rakyat. Anggota-anggota dari organisasi-organisasi itu terutama terdiri dari
kaum tani yang sudah bangkrut, tukang kerajinan tangan yang menganggur dan kaum
proletar-gelandangan. Pada jaman feodal Tiongkok elemen-elemen itu sering
membentuk organisasi yang beraneka warna namanya berdasarkan pertalian
agama atau takhayul dengan corak patriarchal, di antaranya ada yang mempunyai
senjata. Organisasi-organisasi semacam ini dugunakan mereka untuk
saling membantu dalam penghidupan masyarakat, dan ada kalanya digunakan untuk
melakukan perjuangan melawan kaum birokrat dan tuantanah yang menindas mereka.
Tetapi nyata sekali bahwa organisasi-organisasi yang terbelakang semacam
itu tidak bisa memberi jalan keluar kepada kaum tani dan tukanag
kerajinan tangan. Lagi pula organisasi-organisasi tersebut kadang-kadang
mudah dikendalikan dan ditunggangi oleh tuantanah dan kekuatan
jahat lainnya, tambahan pula organisasi-organisasi itu mempunyai sifat
merusak secara membabi-buta, maka di antaranya ada yang berubah menjadi
kekuatan revolusioner. Ketika Ciang Kai-sék melakukan kudeta
kontra-revolusioner pada tahun 1927, organisasi-organisasi yang terbelakang itu
dipergunakannya sebagai alat untuk merusak persatuan rakyat pekerja dan
mensabot revolusi. Setelah kekuatan proletariat industri modern bangkit dan
tumbuh dengan subur, kaum tani di bawah pimpinan klas buruh berangsur-angsur
membentuk organisasi-organisasi tipe baru sepenuhnya, maka terus hidupnya
organisasi-organisasi yang primitif dan terbelakang itu hilanglah artinya.
Keterangan Penerjemah :
[*] yang dimaksud dengan gembong lalim setempat adalah tuan tanah, tani kaya,
pejabat-pejabat yang telah meletakkan jabatannya, orang-orang kaya dan lain
sebagainya yang berbuat sewenang-wenang di desa-desa dalam masyarakat lama
Tionkok. Yang dimaksud dengan ingrat jahat adalah orang-orang di antara mereka
yang agak berpengetahuan serta yang agak tinggi kedudukan politik dan
sosialnya. Gembong lalim setempat dan ningrat jahat adalah wakil-wakil
politik klas tuantanah di daerah. Mereka mengendalikan kekuasaan setempat,
memonopoli peradilan, melakukan korupsi dan kejahatan-kejahatan lainnya serta
menggencet rakyat.
[**] Celi adalah nama lama provinsi Hepei. Tiga provinsi timur laut ialah
provinsi-provinsi Liaoning, Cilin dan Heilunciang di Tiongkok Timurlaut.
Tidak ada komentar
Posting Komentar