Oleh : Roberto Jorquera
𝘐𝘯𝘷𝘢𝘴𝘪 𝘬𝘦 𝘈𝘮𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 “𝘥𝘪𝘵𝘦𝘮𝘶𝘬𝘢𝘯” 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘊𝘩𝘳𝘪𝘴𝘵𝘰𝘱𝘦𝘳 𝘊𝘰𝘭𝘰𝘮𝘣𝘶𝘴 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘯𝘵𝘳𝘢𝘭 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘱𝘪𝘵𝘢𝘭𝘪𝘴𝘮𝘦 𝘥𝘪 𝘌𝘳𝘰𝘱𝘢. 𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘷𝘢𝘴𝘪, 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘣𝘶𝘵𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘬𝘰𝘭𝘰𝘯𝘪𝘢𝘭 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘥𝘦𝘰𝘭𝘰𝘨𝘪 𝘳𝘢𝘴𝘪𝘴𝘮𝘦 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘪𝘯𝘥𝘢𝘴𝘢𝘯-𝘱𝘦𝘯𝘪𝘯𝘥𝘢𝘴𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘢𝘴𝘭𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘴𝘯𝘪𝘴 𝘫𝘶𝘢𝘭 𝘣𝘦𝘭𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 (𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘥𝘢𝘬𝘢𝘯) 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢.
Pemerintahan revolusioner Kuba telah bekerja selama 39 tahun untuk mengeliminir prasangka-prasangka rasial yang muncul semenjak kedatangan Spanyol di tahun 1492, dimana ketika itu terjadi pembantaian terhadap penduduk asli pulau tersebut dan perdagangan kulit hitam mulai diperkenalkan.
Sejak revolusi 1959, prasangka-prasangka rasis itu secara sistematis telah dilawan dan di hancurkan. Tapi tentu saja, tidak benar jika prasangka rasis yang bersifat individual dikatakan lenyap. Revolusi Kuba telah meletakkan fondasi sosial dan ekonomi untuk mengeliminir rasisme, tapi, dengan dengan meningkatnya serangan ekonomi dan politis yang dilakukan Imperialis Amerika, beberapa kemajuan telah berhasil dibuat mengalami tekanan.
Untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang kemampuan melawan prasangka rasis dalam revolusi Kuba, adalah perlu untuk memahami sejarah hubungan ras yang ada di sana.
Sejarah Kuba adalah salah satu sejarah diskriminasi sosioekonomi terhadap mayoritas besar rakyat. Diskriminasi ini tidak hanya berbasiskan ras, tapi yang lebih penting, diskriminasi klas. Pemerintahan Revolusioner secara tepat menyadari bahwa untuk mengatasi rasisme dibutuhkan pembongkaran terhadap sistem klas itu sendiri.
𝗞𝗼𝗹𝗼𝗻𝗶𝘀𝗮𝘀𝗶
Salah satu kesulitan dalam menganalisa politik ras yang ada di Kuba adalah kesulitan untuk menemukan data yang akurat tentang siapa saja, atau yang menganggap dirinya, sebagai kulit hitam. Menurut data sensus Kuba tahun 1955, orang-orang Negro atau mulatto berjumlah sekitar 55,85% dari jumlah populasi di tahun 1827, tahun 1899 sebanyak 32%, th 1934 sebanyak 25,2% dan tahun 1953 sebanyak 26,9%.
Data resmi ini berdasarkan pada definisi (responden) sendiri, sehingga kurang obyektif. Banyak studi yang melaporkan bahwa negro atau mulatto sekitar 35-40% dari jumlah populasi.
1880-an adalah periode pertempuran-pertempuran revolusioner. Banyak yang diawali dengan isu-isu rasial. Dan periode tersebut merupakan tahun-tahun pembantaian dari penduduk berkulit hitam, seperti yang terjadi di Aponte 1812 dan La Escalera tahun 1844.
Pahlawan revolusioner Kuba Jose Marti adalah salah seorang yang berkampanye paling giat dan agresif untuk pembebasan kaum kulit hitam. Perang sepuluh tahun, yang meletus tahun 1868, dimulai oleh Carlos de Cespedes' dengan membebaskan para budaknya, dan hal tersebut membuka jalan bagi kaum kulit hitam unutk mendapatkan hak-hak politik yang lebih besar.
Propaganda sayap kanan tentang “kulit hitam yang menakutkan”, di jawab oleh Marti di 1868 : “Tidak akan ada kebencian ras, karena ras itu tidak ada….kemudian apa yang harus ditakutkan ?…Haruskah kita takut akan kebebasan pribadi mereka yang paling menderita di Kuba, di negeri dimana darahnya dia tumpahkan dan kita takut terhadapnya?…Revolusi, hadir untuk semua orang Kuba, tidak melihat warna kulit mereka, apakah mereka berasal dari daerah yang berkulit gelap (skin burn), atau dari mereka yang kulitnya lebih terang, revolusi hadir untuk semua orang Kuba…”
Pertempuran yang dipimpin oleh Marti dan pejuang lainnya menghasilkan penghapusan perbudakan di tahun 1886. Di akhir 1880-an terjadi peningkatan keterlibatan kaum kulit hitam dalam perjuangan kemerdekaan, terutama sekali pada perang kemerdekaan di 1895-1898.
Republik
Konstitusi 1901 mengesahkan praktek-praktek diskriminasi terhadap kaum kulit hitam. Pemilu sendiri hanya boleh diikuti oleh mereka yang sudah berada diatas usia 21 th yang juga harus bisa baca tulis, atau mereka yang mempunyai nilai kekayaan sejumlah 250 pesos, atau mereka yang dapat membuktikan bahwa dirinya bergabung dengan tentara pembebasan dalam peperangan.
Sebagai responnya, terbentuklah Asosiasi Pemilih Kulit Hitam ( Association of Black Voters) di tahun 1908. Yang kemudian secara cepat merubah dirinya menjadi Partai Kulit Berwarna (Party of Colour).
Bagian dari platform-nya menyatakan : “Kemerdekaan tidak didapat dengan menghiba atau mengemis, tapi harus direbut; dan hak itu tidak disedekahkan, tapi harus diperjuangkan dan menjadikannya milik semua orang. Jika kita hanya meminta-minta, maka kita akan menunggu dengan sia-sia dan kita akan kehilangannya.”
Di 1910, pemerintah, untuk membatasi aktifitas politik orang kulit hitam, mengeluarkan UU yang melarang format partai politik yang menggunakan garis ras. Pelarangan tersebut menyebabkan suatu peperangan rasial di 1912 yang kemudian menghasilkan suatu pembantaian besar-besaran terhadap kulit hitam yang dilakukan oleh militer.
Mengikuti perkembangan jaman, bentuk penindasan rasial yang sangat sistematis terjadi di semua aspek masyarakat Kuba. Contohnya adanya klub-klub sosial, bar-bar, restaurant-restaurant, pantai-pantai, bioskop, dan night club khusus untuk kulit putih. Pengeluaran juga diatur melalui levelisasi pendapatan.
Lourdes Cardal dalam artikelnya “ Hubungan ras di Kuba Masa Kini” menyatakan: “Di Havana, klub klas atasnya melarang orang kulit hitam dan mulatto.(Bahkan Batista, selama dia menjabat sebagai presiden, tidak boleh masuk di Havana Yacht Club,salah satu dari klub klas atas yang sangat ekslusif). Klub ini mengontrol pantai-pantai pribadi di Havana yang tentu saja melarang masuk orang-orang kulit hitam. Klub-klub klas menengah, terutama yang diorganisir perkumpulan-perkumpulan kaum profesional, hanya menerima orang-orang kulit hitam yang menjadi anggota organisasi-organisasi profesional”
“Di kota-kota kecil Kuba dan di ibukota-ibukota propinsi, pemisahan secara kaku dipaksakan dalam tatanan masyarakat mulai dari yang bersifat informal sampai formal, seperti pada taman publik. Sistem sekolah privat sangat mendominasi, meskipun tidak secara total berisi orang-orang kulit putih. Sekolah-sekolah elit mempraktekkan diskriminasi rasial, tapi itupun sangat sulit karena beberapa orang kulit hitam mampu untuk membayar iuran sekolah dan biaya lainnya”
Diskriminasi ras juga terdapat pada distribusi kesejahteraan, dimana orang-orang kulit hitam sebagai mayoritas pekerja, mendapat bayaran lebih rendah dan sangat sedikit sekali yang bekerja sebagai tenaga terampil.
Kebijakan imigrasi pemerintah banyak mengambil para pekerja kulit putih dari Spanyol, dan asimilasi-pun dikenalkan. Pemerintahan Kuba meskipun memperkenalkan mullato sebagai orang kulit putih, dan berupaya menghapus sejarah kelam penindasan kulit hitam.
Revolusi
Kemenangan Revolusi 1959 menyediakan peluang perubahan mendasar bagi sejarah hitam yang melingkupi masyarakat Kuba.
Casal menulis: “ Egalitarianisme dan reditribusi barang ( seperti land reform) yang diselenggarakan oleh pemerintahan revolusioner memberikan keuntungan bagi orang kulit hitam karena merekalah sektor masyarakat yang paling tertindas oleh sistem sosial yang ada sebelum terjadinya revolusi”
Diawal Maret 1959, Fidel Castro berbicara tentang sebuah kebutuhan untuk melawan prasangka rasial. Dalam pidatonya tanggal 21 Maret, Castro berkata: “Atas nama keadilan, Aku harus berkata bahwa tidak hanya aristokrasi yang mempraktekkan diskriminasi. Juga banyak orang-orang biasa (rakyat kecil) yang juga mempraktekkan diskriminasi”
“Ada buruh yang juga memegang prasangka yang sama sebagaimana orang-orang kaya, dan ini adalah sesuatu yang sangat absurd dan menyedihkan…dan rakyat kita harus memecahkan problem ini. Kenapa kita tidak mengatasi problem ini secara radikal dan dengan cinta, tidak dengan semangat perpecahan dan kebencian ? Kenapa tidak belajar dan menghancurkan zaman prasangka, yang hadir ke kita dalam bentuk institusi yang menjijikan yang bernama perbudakan ?”
Castro juga mengungkapkan bahwa: “Darah Afrika juga mengalir di nadi kita. Mentalitas rakyat belum cukup revolusioner. Mentalitas rakyat masih dikondisikan oleh banyaknya prasangka dan keyakinan dari masa lalu…Salah satu pertempuran yang harus kita jadikan prioritas utama setiap hari…adalah pertempuran untuk menghentikan prasangka rasial di tempat kerja…Ada dua tipe dari diskriminasi ras : pertama adalah diskriminasi ras di tempat-tempat rekreasi atau pusat-pusat kebudayaan, yang berikutnya adalah yang terburuk dan yang harus kita utamakan untuk di hancurkan adalah dikriminasi ras dalam pekerjaan”
Ucapan tersebut membuat pemerintah revolusioner memproklamirkan Perlawanan terhadap Rasisme :”Kita mewujudkan hukum yang menjamin hak-hak dari semua umat manusia dan anggota masyarakat…Tidak ada seorangpun yang bisa menganggap dirinya sebagai ras yang paling murni, bahkan juga ras yang paling superior. Kebajikan, kelebihan pribadi, kepahlawanan, kedermawanan, dikarenakan manusia-nya, bukan karena warna kulitnya.”
Castro juga mengatakan bahwa prasangka rasial dan diskriminasi ras sebagai perasaan anti-bangsa :”Yang dimaui oleh musuh abadi Kuba dan musuh revolusi adalah Kuba terpecah belah dan terpisah-pisah menjadi ribuan bagian, dan kemudian mereka mudah menghancurkan kita “
Che Guevara juga menaikkan issu ini . Visi dia yang dia ungkapkan dalam pidato yang di buat untuk mahasiswa di tahun 1960 adalah “ Universitas harus diisi (diwarnai) kulit hitam, kaum buruh, dan campesino”
Dari awal, pemerintahan revolusioner memperkenalkan berbagai hukum affirmatif yang bervariasi dan program yang membantu sektor populasi yang tidak beruntung, seperti perempuan dan kaum Afro-Kubans.
Revolusi juga memprioritaskan perubahan sosio-ekonomi sebagai titik tolak menuju masyarakat non rasis: seperti penghapusan sekolah dan perawatan kesehatan pribadi, yang secara ekonomis mendiskriminasi orang kulit hitam.
Castro berkata di Maret 1959 : “Ada diskriminasi di pusat rekreasi. Kenapa ? Karena orang kulit hitam dan kulit putih di-didik secara terpisah. Di sekolah lanjutan umum kulit hitam dan kulit putih didik bersama. Di sekolah lanjutan umum mereka akan belajar bagaimana hidup bersama…dan jika mereka bersama-sama di sekolah umum…maka kemudian mereka akan bersama-sama….disemua tempat”
Kubu sayap kanan meresponnya dengan slogan “tolak kaum kulit hitam dan merah”
Sebelum revolusi, ada 15% pelajar sekolah dasar dan 30% pelajar sekolah tinggi yang belajar di sekolah swasta, yang mayoritas siswanya kulit putih. Yang tidak punya biaya dan para staf pendidikan yang miskin harus mau menerima “sistem klas berdasarkan warna kulit”. Pembedaan ini juga menyulitkan pembangunan jaringan sosial lintas ras.
𝗦𝗲𝗸𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴
Pada tingkatan kebudayaan dan politik, revolusi membuka pintu lebar-lebar bagi keberadaan dan keterlibatan kaum Afro-Kuban. Di bulan April 1976, Castro menjadi orang Kuba “putih” pertama yang memimpin pemerintahan yang menyadari karakter mullato dari kebudayaan Kuba, dan ia menyatakan “ Kami adalah masyarakat Latin-African”
Casal menulis : “Kebudayaan Kuba, yang secara perlahan-lahan berkembang selama beberapa abad, adalah Afro-Hispanic. Dalam kebencian mereka terhadap dominasi klas putih, dalam perlawanan mereka, elemen kebudayaan kulit hitam terintegrasikan dalam musik Kuba, adat rakyat Kuba, seni Kuba, puisi, juga dalam mode pakaian. Tanpa warisan unsur-unsur kulit hitam mereka -rakyat Kuba- tidak akan jadi diri mereka sendiri. Mereka tidak bisa jadi orang Kuba”
Penghargaan terbesar yang diberikan kepada kebudayaan Afro-Kuban adalah keputusan untuk menerima penganut agama sebagai anggota Partai Komunis Kuba. Perubahan ini terutama sekali berdampak pada keturunan Afro-Kuba dan membuka lebih lebar pintu untuk partisipasi politik melalui pembukaan calon anggota partai.
Sebelum 1959, orang-orang kulit hitam cenderung terkonsentrasi di daerah pemukiman kumuh di Havana. Revolusi secara cepat meredusir-nya lebih dari 50 %; akhirnya, para penyewa rumah diberikan hak untuk memiliki rumah. Orang kulit hitam yang mempunyai rumah sendiri lebih banyak di Kuba daripada negeri lain.
Salah satu indikator dari tingkat kesadaran rakyat dalam isu rasial adalah persatuan antar-ras. 39 tahun revolusi telah menghasilkan perubahan struktural yang menempatkan para pemuda dalam kontak sehari-hari dengan semua ras yang ada, tapi aturan perumahan dan ikatan kekeluargaan meneruskan membentuk hubungan antar-ras mereka.
Nandine Fernandez, seorang kandidat doktor bidang antropologi di Universitas California, menetap selama dua tahun di Kuba di 1991-93 mengumpulkan informasi dengan subyek diatas, yang kemudian diangkat dalam artikelnya: “ Warna-warna Cinta : Perkawinan Kaum Muda Antar-Ras di Kuba “
Meskipun Fernandes mengatakan bahwa prasangka (rasial) itu masih ada, sangat jelas sekali bagi dia setelah revolusi ada peningkatan yang tajam atas persatuan antar-ras. Ada banyak alasan untuk ini, terutama peningkatan mobilitas sosial yang dinikmati orang kulit hitam di Kuba sejak 1959
“Orangtua dan kakek-nenek membangun kehidupan dan keluarga mereka di lingkaran revolusi, mengintegrasikannya ke tingkatan lebih besar atau kecil perjuangan terhadap kesetaraan ras, klas dan jenis kelamin. Seringkali para orang tua dan kakek-nenek itu berada dalam keadaan kontradiktif -terjebak diantara warisan diskriminasi dan ide kesamaan revolusioner “, tulis Fernandez.
Perubahan struktural yang dihasilkan revolusi di sektor ekonomi dan sosial adalah terjadinya perubahan mendasar atas kesenjangan sosial dan ekonomi yang dialami masyarakat Kuba selama zaman perbudakan, kolonialisme, neo-kolonialisme. Ada peningkatan yang sangat tajam atas tingkat integrasi ras dalam lingkungan kehidupan sosial dan ekonomi.
Prasangka (rasis) memang belum sepenuhnya lenyap. Prasangka itu masih ada terutama pada generasi tua. Tapi cara berpikir demikian semakin tidak diminati, dan sejak diskriminasi tidak lagi dilembagakan dalam bidang ekonomi, atau hukum, tidak ada lagi basis material bagi berkembangnya prasangka rasis. Bahkan dia terus melenyap.
* * *
Diterjemahkan dari Venceremos, Terbitan Komite Solidaritas untuk Amerika Latin dan Karibia, No 57, 1998.
Tidak ada komentar
Posting Komentar