𝗡𝘆𝗮𝗻𝘆𝗶𝗮𝗻 𝗦𝘂𝗻𝘆𝗶

1 komentar
Oleh : Kawan Andi

Nyanyian Sunyi
------------....

Hutan yang luas, tanah yang subur, alam yang kaya memberi kehidupan untuk Bumi-Manusia. Mereka lahir dan besar bersama kasih dan cinta yang suci. Gemuruh angin mulai tak terdengar lagi, Tinus dan Helena beranjak menuju dusun sagu marga di tengah hutan.

.
"Selama masi bisa bernafas, kita akan tetap menjaga, merawat dan melindungi mama (Alam) kami dengan kasih dan cinta yang kami punya. jangan biarkan orang-orang serakah itu datang menjarah alam, tanah dan hutan kami," kata Tinus menikmati pemandangan alam dan melihat burung Cendrawasih sedang hinggap pada sarangnya.

.
Dari jarak yang mereka tempati berdiri--Kurang lebih 10 meter dari arah depan, mata Tinus tiba-tiba kaku, wajahnya kosong mengganjal. sebuah papan terpaku pada pohon besar matoa dengan cat berwarnah merah; "Tanah ini Milik Perusahaan kelapa sawit". Tinus dan helena merasa heran, "siapa yang berani-beraninya mengatasnamakan tanah ini milik perusahaan!". Wajah mereka memerah, merasa marah, perih seperti terbakar api.

.
Mereka menepi di pohon tua yang rubuh untuk beristirahat sejenak, sambil mencari-cari orang dalam ingatan mereka yang berani melakukan hal tersebut. Tidak berselang lama, dari arah sungai terdengar bunyi besih berjalan--sedang meyebrangi sungai yang biasa mereka pakai untuk minum. Setelah sampai ke bantaran sungai, besih-besih itu meratakan Pohon-pohon sagu yang bergoyang bertiup angin, melambai bermain dengan hutannya. Burung-burung berhamburan keluar dari dalam hutan ke segala arah, sarang-sarang burung berguguran bak musim semi.

.
Besih berjalan itu kembali menumbangkan pohon-pohon di sekitarannya untuk membuat jalan, untuk menembus jalur trans yang sementara di bangun, tapi terhenti oleh Genjatan senjata enam bulan yang lalu antara Satgas TNI/POLRI dan kelompok yang di tuduh sebagai pemberontak. padahal, mereka itu orang-orang yg sadar, yang mempertahankan Tanah Air mereka.

.
Tinus dan Helena menangis melihat mama mereka dianiyaya, diperlakukan seperti itu. Dusun sagu yang mereka jadikan tempat penghidupan, telah di porak-porandakan. Mereka sangat sedih, dan tidak bisa berbuat lebih. Mereka kembali turun ke kampung, tapi di kampung terlihat sangat sepih seakan tak berpenghuni. Seorang Anak kecil perempuan yang ketakutan tiba-tiba keluar dari kandang babi langsung memeluk Helena dan menangis. Tubuhnya gemetar tidakaruan.

.
"sa takut dengan orang-orang itu!" Tinus dan helena merasa heran. 

"Ada apa? apa yang terjadi, nak?" tanya helena, tapi tak ada jawaban dari anak itu. Perempuan mungil itu kemudian di gendong oleh helena dan terdiam hingga tertidur dalam pelukan. 

.
Tinus dan helena menuju rumah mereka. Mereka melihat rumah-rumah hangus terbakar. kejadian itu berlalu begitu saja. Helena membaringkan anak perempuan itu diatas anyaman daun tikar. Tak lama Ia terbangun dan kembali menangis, Tapi helena tau apa yang harus ia lakukan, ya, memeluknya dengan kasih sayang. Ia merasa sangat tenang, ia terdiam lalu menceritakan;

.
"Tadi sa dengan teman-teman sedang bermain, tra lama kitong dengar bunyi tembakan dari arah bawah. Orang-orang semua merasa takut, semua lari ke hutan, sa dengan teman-tema lain juga ikut lari, tapi ketika sa lari ikut teman-teman, sa jatuh, Sa pusing Dan sa takut sekali. sa menangis cari tempat sembunyi, sebab Orang-orang itu semakin dekat. sa takut keluar nanti mereka tangkap saya, tembak saya, bunuh saya". Helena memberikan segelas air, satu helaian nafas air itu habis di tangan anak perempuan mungil itu.

.
"Orang-orang itu bakar honai yang di ujung kampung sanah. Baru dong tembak-tembak ke segala arah. Sa diam saja baru sa lihat api dengan asap sudah naik tinggi. sa berdoa; Tuhan.... jaga saya. jaga sa punya mama. jaga sa punya bapa. jaga sa punya kampung. jaga sa punya tanah ini. Setelah sa berdoa dalam hati, orang-orang itu langsung pergi kasi tinggal kampung".

.
Tinus dan helena memeluk anak kecil itu, mereka bertiga menangis, Tinus mengatakan; "Menangis saja tidak akan bisa merubah keadaan, sudah saatnya kita berjuang dan mengusir orang-orang itu dari tanah kami".

#medanjuang

1 komentar