Bangunku Terlalu Siang

1 komentar

Penulis :Kawan Andi Isoga


Untuk kesekian kalinya ? bangunku kurang pagi. Aku cemas karena tidak sempat menikmati mentari yang terbias di alam Cendrawasih. Tak ada lagi sagu dan kopi untuk  temani roko gulung kakek. Artinya tidak ada lagi cerita tentang bumi surga dan burung kuning yang menari nari di dahan pohon Matoa dan kayu besi. sudah tidak pernah kita jumpai lagi. Gunung gunung dan lembah lembah menjadi misteri pribumi bersaksi. 

Sejarah mencatat, Cina mengenal bulu-bulu burung eksotis seperti Cendrawasih dan Kasuari. 
Sekarang tak pernah kujumpai lagi, Ataukah sudah habis diburuh oleh para pedebah penebang hutan. negara Cina Tiongkok dibawa kerajaan Sriwijaya ‘Maharaja Sri indrawarman’. 
Memperkenalkan  Lewat perdagangan rempah-rempah bulu burung kuning dan Kasuari juga menjadi daya Tarik Papua di abad ke 17 dan 18. Bahkan dicari dan diburu oleh negara-negara lain. Salah satunya yang dipakai oleh “Putri Marie Antoinette” yang kerap dijadikan fashion kaum bangsawan dan Dipakai juga dalam seragam militer untuk menjadi hiasan pada masa itu.

Pada tahun 1904-1908 terdata 155.000 burung Cendrawasih terlelang di London, Belum termasuk perdagangan di negara-negara besar lainnya. Jangan menyesal  ketika sekarang masi dilakukan pemburuan terhadap burung kuning yang semakin langka. Seperti benalu, ketika ia tumbuh di suatu dahan atau tempat ia akan merusak keindahan yang sudah menjadi surga bagi bumi manusia. Aku takut ketika esok anak cucu generasi tak sempat menikmatinya lagi seperti hari ini yang aku alami. Mari kita jaga alam dan eksistensinya Tuhan!. Dunia adalah bahan mentah yang digunakan manusia untuk menciptakan sejarah. Maka itu mari kita buat sejarah kita sendiri demi menjaga alam dan bumi Cendrawasih.

Tiba tiba aku teringat lagi dengan satu kisah antropologi yang mencatat tentang sejarah kita.  “Mari bercerita” ini yang selalu kutuangkan sebelum masuk ke dalam tulisan cerita.

Hallo, kelihatan kau baik baik saja nenek. Kulitmu hitam, rambutmu keriting, matamu berkaca kaca ketika melihat alammu diboyong pergi tanpa meninggalkan sedikit hak untuk memiliki. Sepertinya kau bukan dari Ras Melayu, melainkan Ras Melanesia. Ada satu suku di pedalaman Papua tepatnya pegunungan tengah Papua. Ada budaya adat dari mereka yang menarik untuk diceritakan. Di mana ketika ada seorang dari mereka kerabat atau saudara dekat mereka meninggal dunia, mereka memotong satu dari jari mereka menggunakan kapak tradisional yang terbuat dari batu. Pasti teman-teman masih ingat film Denias Indonesa Bapa, hormat.

Dengan cara itu mereka meluapkan rasa kesedihan kehilangan dan emosional yang mereka rasakan. Selain itu ada juga yang mereka rasa. Rasa sakit yang hampir sebanding dengan cerita yang di atas. Yah benar, alam Papua yang semakin dieksploitasi  mulai dari perampasan tanah adat, hutan adat, suku-suku asli pribumi terisolir ke kaki gunung dan pantai. Sampai mereka mempropaganda pribumi yang katanya kulitnya hitam, rambutnya keriting, makan makan manusia(kanibal), dan sebagainya. 

Suku Amungme dan Kamoro menjadi saksi kebiadaban para kapitalisme. Mereka terisolir satu ke kaki gunung satu ke bibir pantai. Apa yang lagi kalian rencanakan duluh, mau memusnahkan manusia Papua atau mau merampas kekayaan alam di dalamnya atau keduanya. Sangat miris kebiadaban dan kebencian yang selalu kalian tanamkan untuk kami bangsa Papua. Ketika kami meneriakan kemanusiaan dan ketidakadilan, kalian menganggap kami sebagai separatis. ketika satu orang kulit putih mati di Papua, kalian hujat kami dengan kata caci makian yang jauh dari peri kemanusiaan dan peri keadilan. Sangat sadis hanya kebencian yang kalian berikan. 

“Dugu-Dugu sebagai tempat peristirahatan sang ibu di puncak gunung. “Bagaimana persaan anda jika kami mengambil ibu anda dan kami belah payudaranya?” Kami menganggap gunung adalah ibu kami. Dan alam sebagai tenpat bersemedi para leluhur. 

Papua itu bumi damai  bumi yang di berkati. keberagaman suku, bangsa, adat, budaya, serta agama masih erat dan asik untuk diceritakan. Hey… tidak perlu kalian ajarkan kami tentang cinta kasih Kita lebih paham soal itu.  apalagi tentang toleransi  kami adalah bumi manusia yang menjunjung tinggi nilai leluhur.  Maka dari itu mari kita semua jaga dan rawat alam bumi kita. Papua, Menolak semua investasi-unvestasi yang merugikan rakyat Yang menindas hak hak kami. 

 jangan bungkam suaraku, jangan bungkam kebenaran yang selalu di perjuangkan atas dasar kemanusiaan. Pensilku sedang di raut dan bacaanku sedang di rawat agar menjadi pendoa di kala penguasa lagi menindas kebenaran. 
Aku sampaikan salam untuk para leluhur, para moyang, para raja, para pahlawan, dan untuk pewaris generasi bangsa.

Ini bukan sekedar bacaan, tapi ini adalah sebagian sejarah yang harus disampaikan. Kutitipkan setiap risalah patuhi para tetua. Karena dari mereka kita belajar menjaga keberagaman, toleransi, alam, dan juga budaya. 

Semoga sejarah mengajarkan torang bagaimana mengimbangi akal, hati dan perasaan yang menjadikan tindakan itu berlaku pada kehakikian hidup, bukan jadi paka dada dan besar kepala. Maka, bacalah setiap aksara dan jangan lupa pada sejarah bangsa sendiri!
merawat ingatan dan melanjutkan Risalah dari leluhur.

Sekian

Salam Lestari

Makassar 
12 Mei 2020 

1 komentar