Penderitaan Yesus dan Penderitaan Orang Asli Papua

Tidak ada komentar

Oleh Fransiskus Tsolme

Kejadian-kejadian ditanah Papua dengan bantuan Allah Bapa yang mahakuasa saya telah mendapat judul penderitaan orang  asli Papua diatas tanah dan hak hulayatnya sendiri. Atas kekayaan alam yang berlipah-limpah sampai tertumpah-tumpah diatas tanah Papua. Dan karena menurut orang non-Papua adalah berboros karena kepribadian mereka miskin diluar dan licik seperti ular di dalam. Kemudian pada saat ini ialah masa Paskah yang dimana Yesus juga dituduh dan didengki, lalu atas kenikmatan kepemimpinan para imam-imam dan ahli-ahli Taurah, sehingga kehadiran Yesus dapat bertentangan dengan aturang-aturan yang mereka rancang pada saat itu. Dan oleh perbuatan-perbuatan mereka, telah dapat menutup pintu kerajaan Sorga bagi mereka dan anak cucu mereka kedepan. sehingga aku dapat menggunakan judul ini. Karena menurut pemikiran saya penderitaan Yesus sama persis dan tak ada bedahnya antara penderitaan yang dialami oleh orang asli Papua diatas negerinya sendiri. Tak heran juga bahwa Yesus sendiri telah diusir oleh para tokoh-tokoh agama atas ketidakpercayaan mereka terhadapNya atas pengkotbah pertamaNya di Yerusalem sehingga tokoh-tokoh agama disitu mengusir mereka sampai hampir mau melemparNya di dalam jurang. Yesus saja menderita sengsara lalu mati diatas kayu salib apalagi nasib orang asli Papua juga sudah banyak yang berkorban dan menderita sengsara, mati dan segalah tindakan diskriminasi sudah terlalu banyak dilakukan oleh Negara Indonesia terhadap orang asli Papua. Seharusnya Negara Indonesia membuka hati sebelum membuka mata, karena dengan membuka mata diluan pasti yang munculnya mata kenafsuan. Cobalah buka hati diluan dan rasakan apa yang engkau hirup pasti hidup. karena pencipta kita berbicara lewat hati ke hati. Dan dengarkan penderitaannya, bukan kau menderitakannya melainkan merasakan penderitaannya pasti adanya ialah kontak penderitaannya.


A. Penderitaan Yesus.

A.1. Tuduhan Palsu Kepada Yesus.
    Sebelum Yesus menderita dan sengsara, Ia selalu diincar dan diadili oleh imam-imam dan ahli-ahli Taurat. Kemudian orang-orang Farisi, karena tidak adanya kepercayaan dan iman yang begitu kokoh yang mereka miliki dan dasari. Sehingga kehadiran Yesus pada zaman itu terlalu sulit untuk dipercaya. Walaupun Ia harus dengan bersusah payah untuk mengajar dan menobatkkan mereka.  Tetapi disisi lain banyak orang telah berbondong-bondong dari berbagai daerah di Yudea, datang untuk diselamatkan serta mendengarkan ajaran-ajaranNya yang hidup, sehingga mereka meninggalkan apa yang mereka miliki, serta harta kekayaan mereka. Setelah itu Ia harus menderita sengsara dan mati diatas kayu salib, dengan demikian dalam menjalankan misiNya Ia selalu dicobahi oleh para imam-imam yang dapat meninggi-ninggikan nama-nama mereka padahal mereka telah menutupi pintu surga. Kemudian menuduh Yesus sebagai orang yang mengadakan kekacauan di negeri ini, dengan demikian atas alasan-alasan yang tak jelas mereka telah menuduh Yesus, karena kedengkian mereka terhadap Yesus. Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki (Mat.26:18).    

Dengan demikian Yesus hanya pasrahkan saja atas tindakan-tindakan yang mereka berikan kepadaNya karena dengan demikian Ia harus menggenapi, Ia diutus oleh BapaNya ke dalam dunia untuk menggenapi apa yang tertulis dan diberitakan oleh kitab-kita para nabi-nabi pada sebelum kehadiranNya di dunia ini. Sehingga setiap tuduhan dan setiap ancaman yang diberikan Ia hanya meneriman dan menghadapiNya dengan hati terbuka dan lambang dada yang terbuka. Karena mereka tak mau ada kekuasaan terbela-bela diatas kekuasaan mereka dan diatas kepemimpinan mereka dan diatas kekuasaan mereka walaupun menurut  pandangan Yesus mereka memimpin dengan kekuasaan mereka atas kenikmatan sesaat dalam kehidupan didunia. Kemudian dengan tindakan yang semena-mena sehingga mereka yang terendah direndahkan lagi hingga tak ada harapan kehidupan bagi orang-orang yang terbelakang. Tetapi dengan demikian kehadiran Yesus dapat menimbulkan tantangan bagi ajaran para penguasa pada zaman itu sehingga mereka mencari-cari alasan dan sekaligus kesalahan Yesus untuk menghukumNya.

A.2. Penderitaan dan sengsara Yesus.

Walaupun para pemimpin-pemimpin dan imam-imam dan ahli-ahli Taurat telah berusaha keras untuk menghukumNya, tetapi itu menurut mereka Ia harus di hukum mati dengan hukuman disalibkan, karena pada waktu zaman itu tidak tidak ada hukuman lain selain hukuman yang paling berat yaitu disalibkan. Dan menurut mereka pada zaman itu salib bukanlah suatu kemenangan, tetapi Yesus telah memenangkan kemenangan salib itu, yaitu dengan memikul salib. Karena dengan memikul salib Ia telah menebus dosa-dosa manusia. Dengan demikian Ia harus menderita sengsara dan mati diatas kayu salib. Maka dengan, melihat berbagai macam tuduhan yang diajukan oleh para imam-imam dan ahli-ahli Taurat Ia hanya menjawab dengan santai saja tanpa bertele-tele untuk menjawab persidangan yang dibuat atas kebohongan belaka. 

Yesus hanya datang dengan utusan oleh Allah disurga untuk menggenapi kitab-kitab para nabi-nabi yang telah berdiri sebelum kehadiran Yesus sebagai  juru selamat dunia. Sejak Yesus berdiri dan berkotbah tentang kebenaran dan cinta kasih bagi umat manusia dan mengajari serta menyebuhkan serta membuat mujizat dimana-mana banyak mata-mata para imam-imam dan ahli-ahli Taurat jalan mengikuti Yesus dari satu tempat ke tempat lain. Dan mereka ingin membuat pertnyaan untuk menjatuhkan Yesus dengan membuat pertnyaan yang tak masuk akal. Dengan melihat dan merasakan kehebatan Yesus mereka berunding untuk menjatuhkanNya, dank arena mereka selalu di kalahkan dan diberi jawaban yang dapat menjatuhkan mereka. Mereka bersepakat untuk menangkap Yesus dan diadili serta di salibkan.

Dengan suatu bukti yang bohong-bohong mereka menangkap Yesus kemudian dituduh dengan berbagai macam alasan kemudian disengsarakan dengan berbagai tindakkan yang menjijikan walaupun apa yang mereka perbuat itu suatu kebohongan di siang bolong. Yesus hanya terima dengan lapang dada terbuka. Mereka menghukum Ia mulai dari istana Pilatus hingga diatas puncak Golgota (Puncak tengkorak). Yesus hanya pasrahkan semuanya kedalam doaNya, kepada Bapa di surga, bahwa ia akan menghadapi penderitaan maut yang dibuat oleh para pembohong kebenaran dan para penikmat kekuasaan. Dengan kepemimpinan mereka menutupi pintu surga bagi mereka. Apa sebabnya mereka berbuat demikian apakah mereka tak mempunya mulut atau bersuara, kalau mereka mempunya suara atau mulut kenapa mereka selalu membuat pertanyaan yang bohong dan mencobahi orang lain. Tak bisakah mereka mendekati Yesus dan duduk bersama-sama Yesus dan berbicara tentang kehadiranNya didunia dan maksud Yesus hadir ditengah-tengah mereka. Supaya dengan kedekatan mereka dengan Yesus dan dengan hati pasti Yesus akan menolong dan memberi suatu pencerahan dari Roh Kudus karena atas kuasaNya Ia selalu berjalan dengan lancar. Tetapi pikiran seperti ini pasti pencuri yang datang dari belakang, berdiri di belakang dan memberi pertanyaan yang belakang, sehingga pada saat Yesus menjawab pertanyaan dengan berbalik belakang.


A. Penderitaan Orang Asli Papua

B. 1.  Kekerasan Negara Terhadap OAP.
Tanah Papua seakan-akan tidak pernah bebas dari kekerasan negara. Aksi kekerasan ini dilakukan oleh aparat negara terhadap warga sipil. Sejumlah kejadian sejak pelantikan Presiden Joko Widodo pada Oktober 2014 hingga kini memperlihatkan masih adanya kekerasan negara terhadap orang Papua. Orang  Papua sebagai korban kekerasan negara. Pelakunya adalah aparat keamanan, terutama anggota Polri dan TNI. Kekerasan tersebut, apa pun motifnya, menyingkap dua hal. Pertama, orang Papua masih dipandang sebagai musuh negara. Kekerasan dilakukan untuk menghancurkan musuh tersebut. Karena itu, hanya orang Papua yang menjadi korban kekerasan negara. Sementara itu, sekitar 1,5 juta penduduk non-Papua di tanah Papua tidak pernah menjadi korban kekerasan oleh aparat keamanan karena dipandang sebagai sesama warga negara Indonesia. Kedua, adanya praktek pendekatan keamanan. Menurut pemerintah, pendekatan keamanan untuk Papua sudah ditinggalkan dan diganti dengan pendekatan kesejahteraan. Tapi data di atas memperlihatkan bahwa banyak anggota Polri yang masih mempraktekkan pendekatan keamanan dalam menghadapi orang Papua. Buktinya, mereka dengan mudah menganiaya, menyiksa, hingga membunuh orang Papua. antipati terhadap negara. Polisi melalui aksi kekerasannya memperkenalkan Indonesia sebagai negara berwajah seram bak monster yang siap menerkam orang Papua. Kekerasan negara yang dialami orang Papua selama lebih dari lima dekade membangkitkan sikap antipati terhadap negara. Nasionalisme Indonesia sulit tumbuh dalam diri mereka. Maka, para korban kekerasan negara kurang antusias mengibarkan bendera Merah Putih, misalnya, dalam peringatan proklamasi kemerdekaan RI. kekerasan negara memperkokoh nasionalisme Papua, seperti yang terlihat pada generasi mudanya. Mereka mewarisi ingatan yang terluka akan kekerasan negara yang dialami orang tua selama Orde Baru. Kini mereka sendiri menjadi korban kekerasan negara. Maka, mereka pun melawan. Mereka juga memimpin tuntutan referendum Papua. Banyak orang Papua merasa bangga bila dapat mengibarkan Bintang Kejora, sekalipun tahu bahwa setelah pengibaran bendera tersebut mereka pasti akan ditangkap polisi, diadili, dan dipenjara belasan tahun. 

Kesadaran tidak muncul di hati mereka bahwa mereka telah melukai manusia yang dimata saya sama seperti saya dan dimata Tuhan sama tetapi Ras kami yang berbeda saya Melayu di Ras Melanesia. Hal itu mereka tak perna sadari, mungkin mata mereka sudah tertutup dengan darah sehinggah melihat yang lain harus berdarah. Terlalu banyak luka-luka yang tergores bagi orang asli Papua dari kota sampai kampong dari gunung sampai pantai dari dalam hati sampai kulit. Jikalau orang Papua punya alat rekam diatas badan atau perekam otomotif pasti penderitaan diatas penderitaan kesengsaraan diatas kesengsaraan direkam, baik yang tak kelihatan sampai yang terkelihatan. Salah satu contoh kekerasan Negara Indonesia terhadapi orang asli Papua ialah di sp 5 di jalan baru menuju Pelabuhan Timika, ada  seorang bapak suku Kamoro menjual tanahnya kepada TNI, karena kepaksaan kepala TNI kepada dengan kekerasan todong muka senjata di wajahnya sehingga bapak ini karena tak ada harapan ia hanya menyerahkan tanah seluas kira-kira 5 hektar luasnya kepada kepala TNI itu, tujuan TNI itu untuk membangun asrama akademik militer di tempat itu. Kemudian ada seorang bapak Kwalik, karena kesehatannya cukup parah sehingga ia tak perna keluar rumah dan beraktifitas dilingkungannya sehingga para TNI menuduh ia sebagai anggota OPM. Masih banyak tuduhan, dan kekasan lainnya, oleh Negara Indonesia kepada orang asli Papua sehingga banyaknya luka-luka yang dialami oleh masyarakat yang tidak tahu apa-apa juga menjadi korban.

B.2. Orang Papua Menderita di Tanah Sendiri.

 Semenjak kehadiran PT. Freeport Indonesia di Tembagapura, kabupaten Mimika. Dan semenjak beroperasi tambang emas dan uranium di tempat ini banyaknya penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh orang asli Papua yang memiliki tanah dan hak-hak ulayat di tempat ini. Dan penderitaan yang mereka hadapi dengan berbagai macam masalah baik dari kekerasan dari TNI/POLRI,  yaitu terjadi perang suku juga karena mereka. Dengan membuat dua kubu yaitu kubu satu adalah OPM yang berorganisasi tentang kemerdekaan Papua Barat dan yang satu tentang pendukung Indonesia. Mereka-mereka ini sengaja membuat hal ini supaya masyarakat tak ganggu jalannya operasi pertambangan emas diFreeport, tetapi mereka berpikir tentang perang antara kubu atas dan kubu bahwa. Sehingga dengan itu peroperasian tambang diatas dapat bekerja dengan lancar. Maka itu setiap aktifitas yang dilakukan oleh orang-orang asli setempat dekat aktifitas pertambangan selalu saja terjadi penembangan serta penindasan. 

Begitu pula yang terjadi di tempat-tempat lain seperti di Waris, perbatasan, Bintuni dan tempat-tempat berinsvestasi lainnya. Sehingga orang-orang asli setempat, mengadakan protes atau pemalangan lainnya, dapat dituduh sebagai mata-mata OPM dan gerakan Papua Merdeka, kemudian dibunuh dan ditindas, diancam. Pembagian kawasan hutan ini baik di propinsi Papua dan Papua Barat dimana pemerintah menggunakan kewenangan dan kekuasaannya sebagai organisasi tertinggi untuk menentukan dan menetapkan kawasan-kawasan itu tanpa libatkan masyarakat adat pemilik hak ulayat untuk menentukan batas-batas tersebut. Kemudian sebelum datangnya para penikmat-penikmat kekayaan. Orang papua tak perna mencari makanan hingga di hutan-hutan tetapi keluar dari pintu rumah mereka sudah memperoleh makanan. Tetapi saat kehadiran para penikmat kekayaan dapat menghancurkan segalah hak dan segalah yang orang-orang papua miliki dan peroleh sehingga segalah milik orang  Papua semuanya jadih liar, mulai dari tanah mereka jadih liar, hewan peliharaan mereka jadih liar, kebung mereka jadih liar, dan akhirnya kehidupan mereka juga jadih liar. Itu semuanya karena para kaum pencuri, para penikmat investasi dan para penikmat kolonialisme. 

Menurut orang Papua, tanah adalah tempat yang memberi daya kehidupan, termasuk juga hidup manusia.Tanah dengan lingkungan hidup habitatnya dipandang sebagai tempat tinggal, berkebun, berburuh dan tempat pemakaman. Dengan kata lain, tanah bagi orang Papua merupakan syarat penting untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Sebab tanah berarti makan, tinggal dan membesarkan keluarga serta memeliharan warisan budaya. Secara singkat dapat dikatakan, bahwa tanah sama dengan kehidupan. 

B. Penutup

Dengan demikian penderitaan selalu saja ada dalam setiap kehidupan manusia. Baik penderitaan yang dibuat oleh sesama manusia terhadap manusia yang lain, karena kedengkian ataupun sesuatu hal yang dapat menimbulkan kecemburuan terhadap manusia yang lain. Kemudian penderitaan yang buat oleh para penikmat-penikmat penguasa dan pemimpin atas kecauan dimata mereka, seperti Yesus yang telah menderita sengsara memikul salib dan mati diatas kayu salib karena kebohongan dari ahli-ahli Taurat kepada Yesus dan dituduh sebagai peganggu ajaran mereka. Padahal kehadiran Yesus untuk menggenapi ajaran-ajaran nabi-nabi yang sudah terdahulu berdiri dan berbicara tentang hokum kebenaran.  Kemudian hal yang sama juga telah dialami oleh orang-orang asli Papua, mereka menderita dan ditindas, dituduh sebagai penyambung OPM dan sebagainya. Dengan demikian sudah dituduh, malah hak dan kekayaan mereka di rampas dan dipaksa untuk menjual apa yang orang asli Papua miliki dan peroleh. Dengan demikian mereka tidak boleh berbuat begitu kepada sesama manusia yang sebagaimana sesama adalah satu citra di mata Allah yang telah diciptakan dengan tanah yang manusia. Tindakan yang harus diambil ialah bukan menderitakan orang lain tetapi turut hadir dan melihat penderitaan yang dialaminya. Dengan menghormati sesama manusia sebagai secitra dengan Allah.

Maka dengan melihat ketidakkemanusiaan manusia lain terhadap manusia yang lain. Yang terbelakang yang tersingkir, baik  dalam kehidupan maupun kesosialan seharusnya manusia yang lain harus saling menolong memperhatikan dan mendorong. Bukan saling dideritakan dan disengsarakan. Jikalau manusia hidup saling dideritakan, berarti percuma saja hokum-hukum yang berbicara di setiap agama manusia di dunia ini. Agama Islam nabi Isa sudah mengajarkan tentang hukum perdamaian dan agama Kristen sudah mengajarkan hukum kasih sayang begitu pulang dengan agama Budha tidak boleh ada perkelahian. Seharusnya kita sebagai ciptaan Allah yang telah diajarkan oleh perantaraan agama masing-masing seharusnya sadari hal itu dan tekuni baik-baik supaya tak ada penderitaan dan kesengsaraan di dalam kehidupan sesama manusia.


Penulis Adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Keilahian Fajar Timur
Abepura Jayapura

Tidak ada komentar

Posting Komentar