Jam 8 pagi Sa bangun tidur. Baru lapar bahaya skalii .badan loyo, kepala pusing karena semalam tidur tra makan. Sa langsung menuju ke dapur. Tanpa bicara banyak, Sa langsung ambil Ubi dan makan.
Simon eeee....!!! laki-laki pemalas besar. tau makan, tau bajalan saja tra tau kerja.
Pas dengar teriakan yg penuh amarah Sa kaget. Ternyata Sa mama yg batariak marah Sa.
Mama eee,stop marah-marah sudah, Sa lapar ni.
Dengan nada yg penuh emosi, Sa mama bilang ; ko kawin sudah. bawah datang perempuan dan urus ko pu makan minum. Tapi perempuan siapa yg mau kawin laki-laki pemalas seperti ko. Mama cape urus ko laki-laki pemalas ni. Pemalas begini baru mau hidup enak truss .Suatu saat ko bisa jual mama nii.
Sa bingung dengan perkataan mama, langsung Sa respon ; Maksud mama apa?
Mama : Simon, mama bicara karena kenyataan. Ko bukan anak kecil lagi. Ko su tua bangka. Tanah yg besar ini ko bisa jual nii karena mau hidup enak . Ko mau kasih makan anak istri dengan hasil jual tanah k?
Karena belum puas dengan perkataan mama, Sa bilang : mama Sa paham, tapi tra mungkin Sa jual mama.
Sa mama masih emosi dan dengan nada kasar, Sa mama bilang ; yang beri ko makan, minum dan segala kehidupan itu siapa? Kalau bukan Tanah. Tanah itu sudah Mama yg memberi kita kehidupan. Ko lihat! Ko pu om-om. karena malas kerja dan mau hidup enak dong sudah jual tanah warisan yang Tete wariskan buat kita. Bahkan Mama punya hak milik tanah juga om-om dong jual semua. Ko itu Mama pu anak laki-laki satu-satunya. Ko harus bangga ko pu bapa Wariskan ko tanah yg besar beribu hektar dan masih utuh. Ko harus rajin kerja. Ko harus jaga Tanah biar kelak ko pu anak-anak tra hidup menderita. Dong mau bangun rumah di mana saja bisa. Dong mau berburu babi, berburu kus-kus, berburu kasuari juga bisa karena hutan masih ada.
Jarum jam berdering Waktu sudah menujukan pukul 10 pagi. Tampa panjang lebar Sa langsung ajak mama: mama, Mari tong ke kebun. su lama Sa tra ke kebun ni.
Mama : iyo sudah. Mama juga mau pergi Liat tanaman sekalian rawat ni.
Jam 10.30 Sa sama mama keluar dari rumah dan menuju ke hutan. Dalam perjalanan Sa berpikir dan renungkan kata-kata mama. Dalam hati berkata " Benar juga eee, Kehidupan sekarang keras. Hidup dalam persaingan. Yg kaya dia akan terus berusaha agar tetap kaya dengan merampas harta kekayaan berupa tanah milik orang lain dengan segala cara. Dia bisa sogok polisi, sogok tentara, sogok hakim, sogok Jaksa, bahkan sogok pemerintah. Karena jaman sekarang uang yang berbicara semua bisa di capai.truss kita yang hidup miskin ni bisa apa coba. Tong hanya punya tanah. Kalau tong jual tanah mau hidup dimana?"
Jam 11.00 siang Sa sama mama Tiba di kebun.mama langsung sampaikan ke saya ,katanya ; Simon, ko lihat daun keladi lambaikan de pu daun menyambut tong pu kedatangan . Ko lihat pohon-pohon dong juga bergoyang-goyang menyambut tong dua. hutan yang begitu luas. Anak ko su lihat itu . tanah masih utuh.hutan masih luas.Tuhan ciptakan ko pu kaki ,tangan,telinga,mulut,hidung masih utuh dan sehat-sehat jadi ko harus gunakan tubuh dengan baik. Jangan ko malas sebab dari kerjalah kita memuliakan hidup dan dunia.
tra pake lama Sa polo mama dan Sa langsung bilang ke mama: ma, Sa janji mulai sekarang Sa tidak akan Malas lagi Sa akan Jaga Mama yg selalu berikan kita sumber kehidupan .
Stop jual Tanah.
Salam Masyarakat Adat
Selamatkan Tanah Adat dan Manusia Papua.
Papua-Timika
20 September 2021
Karya : AT
Tidak ada komentar
Posting Komentar