Martina Narkiin(Koordinator Posko)
Posko ini hadir bukan karena termakan isu.dan juga bukan karena perusahan mau memperluas wilayah.
Masalah ini sudah jelas, Aspirasi dan inisiatif dari mama-mama yang lanjut usia dan bapa bapa.
Alasan posko didirikan sudah jelas di sampaikan oleh ketua posko mama martina narkime dalam Deklarasi posko
Pada hari selasa 14 Juli 2020 di beberapa media lokal dan Nasional saat itu.
Saya melihat dan mendengarkan keluh kesah mama-mama dan bapa-bapa lanjut Usia yang mau pulang ke kampung karena Freeport dan pemerintah tidak memperhatikan nasip mereka setelah di evakuasi dari kampung waa bulan maret lalu.
Saya didatangi oleh berapa Mama-mama dan bapa-bapa lansia mau pikul nokeng baru mau jalan kaki ke gorong-gorong tujuan menuju kampung mereka di waa Tembagapura. Saya meminta untuk sabar Dan membuka posko. Ternyata setelah membuka Posko Dan disitu mereka bercerita bapak-bapak dan mama-mama lansia trauma dan sakit-sakit bahkan ada yang meningal di timika .
Seharusnya anton bugaleng bijak karena dia yang paham kondisi dan situasi masyarakat disana kampung waa.( sebagai induvidu dan anak adat )dia harus tahu "ninjomkal nakaljomkal, jombei pembei"
Ada orang tua yang tidak perna ke timika sebelumnya ,yang memang saat ini memiliki kebutuhan khusus.
Sebagai pemerintah selama 4 bulan, prosedur jaminan apa yang telah diberikan ke masyarakat pengungsi kampung waa ?
Hak hak dasar hidup kebutuhan pokok sandang ,pangan papan di perhatikan ? Keluhan Orang tuamu tidak bisah di perhatikan malah dibiarkan orang tuamu terlantar dan di lupakan di atas negeri emas ini.
Sehingga kami yg berada di posko ini kelompok yg lanjut usia tentu beda dalam prosedur penangananya yang harus lihat dari sosial kultur .
Kami kemarin hanya menyatakan sikap dan rencana bertahan sampai bulan agustus. Sikap kami jelas yaitu kembalikan kami.kami tdk membawa aspirasi dalam bentuk apapun pada pihak pihak yg berkepentingan ditimika, sikap kami yg diketauhi public lewat media.
Kami merasa didiskriminasikan, masa freeport bisa aman-aman beraktifitas, sementara kami pemlik hak wilayat yg berstatus lansia tdk dapat diupayakan,difasilitasi, dijamin keamanannya hingga sampe di kampung kami, WAA.
Sekarang yang jadi pertanyaan kami, siapa yang dijamin oleh freeport?
Apa kah kelompok seperti kami? Atau kelompok elit - elit yg yg mengatasnamakan kami masyarakat awam.
Kondisi dan realitas itu berbeda dikampungg Waa, kami harus bekerja, sebagian dri kami harus menjadi pendulang dan pekerja kebun untuk menghidupi kluarga kami. Banyak perencanaan oleh pihak freeport, Community developmen namun itu juga tdk terealisasi dgn baik.
Sumber berita : http://timikaexpress.com/2020/07/17/masyarakat-waa-banti-kimbeli-dan-aroanop-diminta-tidak-termakan-isu/
Tidak ada komentar
Posting Komentar